Bimbingan Islam dalam Menyikapi Tragedi Palestina (pdf)

PENGANTAR

Salah satu prinsip penting dalam adalah seseorang harus berilmu terlebih dahulu sebelum ia berucap atau beramal. Segala ucapan, sikap, tindakan, dan perbuatan seorang muslim harus ditegakkan di atas ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari bimbingan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta bimbingan generasi as-salafush shalih.Bukan semata-mata karena emosi, perasaan, atau hawa nafsu. Allah Subhanahu wata’ala telah melarang hamba-Nya untuk bersikap atau bertindak tanpa dasar ilmu :

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. [Al-Isra` : 36]

Para ‘ulama adalah pewaris para nabi. Mereka mengemban menjaga dan menjelaskandien ini kepada segenap umat. Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan kepada segenap kaum muslimin untuk merujuk dan mengikuti bimbingan mereka. Terutama dalam menghadapi berbagai peristiwa dan problem kontemporer. Allah Subhanahu wata’ala berfirman :

Maka bertanyalah kepada orang yang berilmu (para ‘ulama)  jika kamu tidak mengetahui.[An-Nahl : 43]

Allah juga berfirman :

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Kalau mereka mau menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri (para ‘ulama) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikut syaithan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian). [An-Nisa` : 83]

Yaitu para ‘ulama yang senantiasa berpegang tegung kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah serta bimbingan generasi as-salafush shalih. Para ‘ulama yang senantiasa peduli dan sangat menaruh kasih sayang besar terhadap umat ini. Para ‘ulama yang amanah dan berhati-hati dalam membimbing dan mengarahkan umat. Merekalah yang mampu memetik berbagai hikmah penting dari misykah wahyu ilahi – Al-Qur`an dan As-Sunnah- untuk kemudian menyajikannya kepada umat guna menjawab  dan menyelesaikan berbagai problem yang mereka hadapi.

Termasuk dalam menghadapi tragedi besar yang menimpa kaum muslimin di Palestina. Para ‘ulama Ahlus Sunnah masa ini telah menyampaikan berbagai arahan dan bimbingannya kepada umat. Sehingga setiap individu muslim dapat bersikap dan bertindak berdasarkan bimbingan ilmu yang benar. Yaitu ilmu yang bersumber dari bimbingan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta bimbingan generasi as-salafush shalih.

Jember, 16 Muharram 1430 H

13 Januari 2009 M

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………………  2

Pengantar …………………………………………………………………………………………………………………… 3

  1. Peringatan Terhadap Yahudi Akan Kehancurannya di Tangan Tentara Nabi Muhammad dan Nasehat Terhadap Kaum Muslimin (Fadhilatusy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali ) …………………………………………… 4

Kepada Kaum Muslimin Secara Umum …………………………………………………………………………………………………  5

Kepada Pemerintah Secara Khusus …………………………………………………………………………………  6

Tanggung Jawab Pertama …………………………………………………………………………………………………  6

Tanggung Jawab Kedua …………………………………………………………………………………………………  6

Kepada Rakyat Palestina Secara Khusus …………………………………………………………………… 7

 

2. Sikap dan Kewajiban Umat Islam Terhadap Tragedi Palestina (Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin ‘Umar Bazmul) ………………………………………………………………………………………………………………………………… 8

Pertama : Merasakan Besarnya Nilai Kehormatan Darah (Jiwa) Seorang Muslim …………………………… 8

Kedua : Membela Mereka Dengan Cara Mendo`akan Mereka ……………………………………………… 9

Hukum Terkait Qunut Nazilah ……………………………………………………………………………… 9

Ketiga dan Keempat : Waspada Terhadap Orang-orang yang Memancing di Air Keruh dan Bersabar  10

Kelima : Memberikan Bantuan Materi yang Disalurkan Melalui Lembaga-Lembaga Resmi, yaitu Melalui Jalur Pemerintah ……………………………………………………………………………………………………… 13

 

 

  1. Menuju Kemenangan dan Kejayaan Kaum Muslimin (Nasehat Emas dari Dua Mujaddid Besar Masa ini )    14

Nasehat Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani………………………………………… 14

Nasehat Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz   …………………………………………… 16

selengkapnya, download file PDF di sini

Sumber : Miratsul Anbiya.net

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) JAWA TIMUR TENTANG KESESATAN AJARAN SYI’AH

KEPUTUSAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA

(MUI) PROP. JAWA TIMUR

No. Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012

Tentang :

TENTANG KESESATAN AJARAN SYI’AH

Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jawa Timur pada sidang hari Sabtu, Tanggal 21 Januari 2012

Membaca:

1. Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Bangkalan No. 26/26-XV/DP-

MUI/BKL/XII/2011 tertangal 17 Desember 2011 tentang Permohonan Ketetapan Aliran

Syi’ah

2. Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Sampang No.A-034/MUI/Spg/XII/2011

tertanggal 30 Desember 2011 tentang Laporan Peristiwa di Desa Karang Gayam

3. Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah

(Korwil) Surabaya No. 01/Korwil/Sby/I/2012 tertanggal 12 Januari 2012 tentang Aliran

Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian

dan penetapan fatwa Syi’ah.

4. Surat Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah

(Korwil) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tertanggal 13 Januari 2012 tentang Aliran

Syi’ah yang isinya meminta kepada MUI Provinsi Jawa Timur untuk melakukan kajian

dan penetapan fatwa Syi’ah.

5. Rekomendasi Hasil Musyawarah Badan Shilaturrahmi Ulama Pesantren Madura

(BASSRA) Selasa, 03 Januari 2012 yang salah satu isinya meminta agar MUI Provinsi

Jawa Timur mengeluarkan fatwa tentang ajaran Syi’ah.

6. Surat dari Jam’iyah Ahlussunnah wal Jama’ah Bangil Pasuruan No.

025/ASWAJA/I/2012 tertanggal 10 Januari 2012 tentang Permohonan Fatwa Sesat

Ajaran Syi’ah.

7. Surat Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Gresik No. 003/MUI/KAB.G/I/2012 tertangal 19

Januari 2012 tentang Laporan Keberadaan Syi’ah di Gresik

8. Pernyataan Sikap Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim tanggal 17 Januari 2012

menyikapi kasus Sampang dan ajaran Tajul Muluk.

9. Pernyataan Sikap 83 ulama Pondok Pesantren menyikapi aliran yang dibawa oleh saudara

Tajul Muluk tangal 10 Januari 2012.

10. Pernyataan Sikap PCNU Sampang No. 255/PC/A.2/L-36/I/2012 menyikapi ajaran yang

dibawa oleh saudara Ali Murtadlo/Tajul Muluk.

11. Laporan Hasil Investigasi Kasus Aliran Syi’ah di Kabupaten Sampang Propinsi Jawa

Timur tanggal 9 April 2011.

12. Buku-buku kajian tentang faham Syi’ah antara lain:

1. Al-Milal wa al-Nihal karya al-Syahratstani (hal. 198-203)

2. Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nihal karya Ibn Hazm

3. Export Revolusi Syi’ah ke Indonesia karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)

4. Dialog Apa dan Siapa Syi’ah karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)

5. Mengenal Syi’ah Karya Achmad Zein Alkaf (al-Bayyinat)

6. Syi’ah Bukan Islam? Karya Lajnah Ilmiyah HASMI

7. Tulisan Abdurrahman Aziz “Siapakah Pendiri Syi’ah”

Menimbang:

1. Bahwa berdasarkan laporan dari masyarakat dan para ulama di beberapa daerah di Jawa

Timur dinyatakan bahwa faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah (menggunakan nama

samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) telah tersebar di beberapa daerah di Jawa

Timur

2. Bahwa adanya indikasi penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah

(menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) dilakukan secara

masif kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah.

3. Bahwa telah ditemukan indikasi di beberapa daerah penyebaran faham Syi’ah Imamiyah

Itsna Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya)

dilakukan kepada warga yang menganut faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dari

kalangan tidak mampu disertai dengan pemberian dalam bentuk santunan.

4. Bahwa praktik-praktik penyebaran faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah

(menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) yang dilakukan

secara masif terhadap masyarakat yang berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah, jelas-

jelas berpotensi menyulut keresahan dan konflik horisontal.

5. Bahwa berdasarkan penelitan saat ini tidak kurang dari 63 lembaga berbentuk Yayasan, 8

lembaga Majelis Taklim, 9 organisasi kemasyarakatan, dan 8 Sekolah, atau pesantren

yang ditengarahi mengajarkan/menyebarkan faham Syi’ah.

6. Bahwa konflik-konflik yang melibatkan pengikut faham Syi’ah Imamiyah Itsna

Asyariyah (menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) sudah

sering terjadi dan telah berjalan cukup lama sehingga dibutuhkan adanya upaya

pemecahan yang mendasar dengan memotong sumber masalahnya. Tanpa upaya

pemecahan yang mendasar sangat dimungkinkan konflik akan muncul kembali di

kemudian hari dan bahkan berpotensi menjadi lebih besar.

7. Bahwa diantara ajaran yang dikembangkan oleh faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah

(menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) adalah membolehkan

bahkan menganjurkan praktik nikah mut’ah (kawin kontrak) yang sangat berpotensi

digunakan untuk melegetimasi praktik perzinaan, seks bebas, dan prostitusi serta

merupakan bentuk pelecehan terhadap kaum wanita sehingga bila tidak dicegah akan

bertolak belakang dengan upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur yang telah

mencanangkan program menata kota bersih asusila dengan menutup tempat-tempat

prostitusi.

8. Bahwa penyebaran faham Syi’ah yang ditujukan kepada pengikut ahlu al-sunnah wa al-

jama’ah patut diwaspadai adanya agenda-agenda tersembunyi, mengingat penduduk

Indonesia yang berfaham pengikut ahlu al-sunnah wa al-jama’ah tidak cocok apabila

syi’ah dikembangkan di Indonesia.

9. Bahwa diperlukan adanya pedoman untuk membentengi aqidah umat dari aliran yang

menyimpang dari faham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian yang luas).

Memperhatikan :

1. Keputusan Fatwa MUI tanggal 7 Maret 1984 tentang Faham Syi’ah yang menyatakan

bahwa faham Syi’ah mempunyai perbedaan pokok dengan Ahlu al-sunnah wa al-jama’ah

yang dianut oleh umat Islam di Indonesia.

2. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006

tentang Taswiyat al-Manhaj(Penyamaan Pola Pikir Dalam Masalah-masalah Keagamaan)

khususnya butir (4) dan butir (6) yang menyatakan bahwa perbedaan yang dapat ditolerir

adalah perbedaan yang berada di dalam majal al-ikhtilaf (wilayah perbedaan) yaitu

wilayah pemikiran yang masih berada dalam koridor ma ana alaihi wa ashhaby yakni

faham keagamaan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian luas), sedangkan di

luarmajal al-ikhtilaf tidak dikategorikan sebagai perbedaan, melainkan penyimpangan.

3. Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia II 26 Mei 2006 tentang

Peneguhan Bentuk dan Eksistensi NKRI.

4. Keputusan MUI tertanggal 6 Nopember 2007 tentang 10 kriteria aliran

sesat/menyimpang.

5. Telaah terhadap kitab yang menjadi rujukan dari faham syi’ah antara lain:

1. al-Kafi

2. Tahdzib al-Ahkam

3. al-Istibshar

4. Man La Yahdluru al-Faqih

5. Buku-buku Syi’ah yang lain seperti: Bihar al-Anwar, Tafsir al-Qummi, Fashl al-

khithab fi itsbati tahrifi kitabi rabbi al-Arbab, Kasyfu al-Asrar li al-Musawi.

6. Buku-buku Syi’ah berbahasa Indonesia antara lain: Saqifah Awal Perselisihan

Umat tulisan O. Hashem; Shalat Dalam Madzhab Ahlul Bait tulisan Hiayatullah

Husein al Habsyi; Keluarga Suci Nabi Tulisan Ali Umar al-Habsyi

Berdasarkan kitab-kitab tersebut dapat diketahui adanya perbedaan yang mendasar dengan ahlu

al-sunnah wa al-jama’ah (dalam pengertian luas) tidak saja pada masalah furu’iyah tetapi juga

pada masalah ushuliyah (masalah pokok dalam ajaran Islam) diantaranya:

1. Hadits menurut faham Syi’ah berbeda dengan pengertian ahlu al-sunnah. Menurut Syi’ah

hadits meliputi af’al, aqwal, dan taqrir yang disandarkan tidak hanya kepada Nabi

Muhammad Saw tetapi juga para imam-imam Syi’ah.

2. Faham syi’ah meyakini bahwa imam-imam adalah ma’shum seperti para nabi.

3. Faham Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan Imamah) termasuk

masalah aqidah dalam agama.

4. Faham Syi’ah mengingkari Otentisitas Al-Qur’an dengan mengimani adanya tahrif al-

Qur’an

أ .

ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻗﺎل

:

ﺳﻤﻌﺖ اﺑﺎ ﺟﻌﻔﺮ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﯾﻘﻮل

:

ﻣﺎ ادﻋﻲ أﺣﺪ ﻣﻦ اﻟﻨﺎس أﻧﮫ ﺟﻤﻊ اﻟﻘﺮان ﻛﻠﮫ ﻛﻤﺎ أﻧﺰل إﻻ ﻛﺬاب

,

وﻣﺎ

ﺟﻤﻌﮫ وﺣﻔﻈﮫ ﻛﻤﺎ ﻧﺰل ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻲ إﻻ ﻋﻠﻲ ﺑﻦ اﺑﻲ طﺎﻟﺐ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم و اﻻﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺑﻌﺪه ﻋﻠﯿﮭﻢ اﻟﺴﻼم

)

اﺻﻮل اﻟﻜﺎﻓﻲ ج

1 /

ص

284

(

ب .

ﻋﻦ اﺑﻲ ﺟﻌﻔﺮ

ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم اﻧﮫ ﻗﺎل

:

ﻣﺎ ﯾﺴﺘﻄﯿﻊ اﺣﺪ ان ﯾﺪﻋّﻲ أن ﻋﻨﺪه ﺟﻤﯿﻊ اﻟﻘﺮان ﻛﻠﮫ ظﺎھﺮه وﺑﺎطﻨﮫ ﻏﯿﺮ اﻻوﺻﯿﺎء

)

اﺻﻮل اﻟﻜﺎﻓﻲ ج

1 /

ص

284

285

(

ت .

ﻋﻦ اﺑﻲ ﻋﺒﺪ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﻗﺎل

:

ان اﻟﻘﺮان اﻟﺬي ﺟﺎء ﺑﮫ ﺟﺒﺮﯾﻞ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم إﻟﻰ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﺳﺒﻌﺔ ﻋﺸﺮ

أﻟﻒ آﯾﺔ

)

اﺻﻮل اﻟﻜ

ﺎﻓﻲ ج

2 /

ﺑﺎب اﻟﻨﻮادر

,

رﻗﻢ

28

(

1. Faham Syi’ah meyakini turunnya wahyu setelah al-Qur’an yakni yang disebut mushaf

Fatimah

أ .

إن ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﻤﺎ ﻗﺒﺾ ﻧﺒﯿﮫ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ دﺧﻞ ﻋﻠﻰ ﻓﺎطﻤﺔ ﻋﻠﯿﮭﺎ اﻟﺴﻼم ﻣﻦ وﻓﺎﺗﮫ ﻣﻦ اﻟﺤﺰن ﻣﺎ ﻻ ﯾﻌﻠﻤﮫ إﻻ ﷲ

ﻋﺰوﺟﻞ ﻓﺄرﺳﻞ ﷲ

إﻟﯿﮭﺎ ﻣﻠﻜﺎ ﯾﺴﻠﻲ ﻏﻤﮭﺎ وﯾﺤﺪﺛﮭﺎ، ﻓﺸﻜﺖ ذﻟﻚ إﻟﻰ أﻣﯿﺮ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﻓﻘﺎل

:

إذا أﺣﺴﺴﺖ ﺑﺬﻟﻚ وﺳﻤﻌﺖ

اﻟﺼﻮت ﻗﻮﻟﻲ ﻟﻲ ﻓﺄﻋﻠﻤﺘﮫ ﺑﺬﻟﻚ ﻓﺠﻌﻞ أﻣﯿﺮ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم ﯾﻜﺘﺐ ﻛﻞ ﻣﺎ ﺳﻤﻊ ﺣﺘﻰ أﺛﺒﺖ ﻣﻦ ذﻟﻚ ﻣﺼﺤﻔﺎ ﻗﺎل

:

ﺛﻢ ﻗﺎل

:

أﻣﺎ

إﻧﮫ ﻟﯿﺲ ﻓﯿﮫ ﺷﺊ ﻣﻦ اﻟﺤﻼل واﻟﺤﺮام وﻟﻜﻦ ﻓﯿﮫ ﻋﻠﻢ

ﻣﺎ ﯾﻜﻮن

)

اﺻﻮل اﻟﻜﺎﻓﻲ ج

1 /

ص

296

(

ب .

وإن ﻋﻨﺪﻧﺎ ﻟﻤﺼﺤﻒ ﻓﺎطﻤﺔ ﻋﻠﯿﮭﺎ اﻟﺴﻼم وﻣﺎ ﯾﺪرﯾﮭﻢ ﻣﺎ ﻣﺼﺤﻒ ﻓﺎطﻤﺔ ﻋﻠﯿﮭﺎ اﻟﺴﻼم؟ ﻗﺎل

:

ﻗﻠﺖ

:

وﻣﺎ ﻣﺼﺤﻒ ﻓﺎطﻤﺔ

ﻋﻠﯿﮭﺎ اﻟﺴﻼم؟ ﻗﺎل

:

ﻣﺼﺤﻒ ﻓﯿﮫ ﻣﺜﻞ ﻗﺮآﻧﻜﻢ ھﺬا ﺛﻼث ﻣﺮات، وﷲ ﻣﺎ ﻓﯿﮫ ﻣﻦ ﻗﺮآﻧﻜﻢ ﺣﺮف

)

اﺻﻮل اﻟﻜﺎﻓﻲ ج

1 /

ص

290

(

1. Syi’ah banyak melakukan penafsiran al-Qur’an yang mendukung faham mereka antara

lain melecehkan sahabat Nabi Saw. Misalnya penulis Tafsir al-Qummi menafsirkan

kalimat dalam surat al-Hajj ayat 52

أ َﻟ ْﻘَﻰ اﻟﺸﱠﯿْﻄَﺎنُ ﻓِﻲ أ ُﻣْﻨِﯿﱠﺘِﮫِ

:

ﯾﻌﻨﻲ أﺑﺎ ﺑﻜﺮ وﻋﻤﺮ

)

ﺗﻔﺴﯿﺮ اﻟﻘﻤﻲ ص

.

259

(

1. Syi’ah meyakini bahwa para sahabat telah murtad sesudah wafatnya Rasulullah Saw,

kecuali tiga orang.

ﻋﻦ أﺑﻲ ﺟﻌﻔﺮ ﻗﺎل

:

ﻛﺎن اﻟﻨﺎس أھﻞ ردة ﺑﻌﺪ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ إﻻ ﺛﻼﺛﺔ ﻓﻘﻠﺖ

:

وﻣﻦ اﻟﺜﻼﺛﺔ؟ ﻓﻘﺎل

:

اﻟﻤﻘﺪاد ﺑﻦ اﻷﺳﻮد وأﺑﻮ

ذر اﻟﻐﻔﺎري و ﺳﻠﻤﺎن اﻟﻔﺎرﺳﻲ

رﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎﺗﮫ ﻋﻠﯿﮭﻢ

)

روﺿﺔ اﻟﻜﺎﻓﻲ ص

198

ر

.

341

,

ﺑﺤﺎر اﻻﻧﻮار ج

22

/

ص

333

(

1. Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang tidak mengimani terhadap imam-imam Syi’ah

adalah syirik dan kafir

إﻋﻠﻢ أن إطﻼق ﻟﻔﻆ اﻟﺸﺮك واﻟﻜﻔﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻟﻢ ﯾﻌﺘﻘﺪ ﺑﺈﻣﺎﻣﺔ أﻣﯿﺮ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ واﻻﺋﻤﺔ

ﻣﻦ وﻟﺪه ﻋﻠﯿﮭﻢ اﻟﺴﻼم وﻓﻀّﻞ ﻋﻠﯿﮭﻢ ﻏﯿﺮھﻢ

ﯾﺪل ﻋﻠﻰ أﻧﮭﻢ ﻛﻔﺎر ﻣﺨﻠﺪون ﻓﻲ اﻟﻨﺎر

)

ﺑﺤﺎر اﻻﻧﻮار ج

23

/

ص

390

(

1. Faham Syi’ah melecehkan sahabat Nabi Saw. Termasuk Abu Bakar ra dan Umar ra.

أ .

وﻣﻦ اﻟﺠﺒﺖ أﺑﻮ ﺑﻜﺮ وﻣﻦ اﻟﻄﺎﻏﻮت ﻋﻤﺮ واﻟﺸﯿﺎطﯿﻦ ﺑﻨﻲ اﻣﯿﺔ وﺑﻨﻲ اﻟﻌﺒﺎس

)

ﺷﺮح اﻟﺰﯾﺎرة اﻟﺠﺎﻣﻌﺔ اﻟﻜﺒﯿﺮة ج

3 /

ص

156

(

ب .

وإن اﻟﺸﯿﺨﯿﻦ

) –

أﺑﺎ ﺑﻜﺮ وﻋﻤﺮ

(

ﻓﺎرﻗﺎ اﻟﺪﻧﯿﺎ وﻟﻢ ﯾﺘﻮﺑﺎ وﻟﻢ ﯾﺘﺬﻛﺮا ﻣﺎ ﺻﻨﻌﺎ ﺑﺄﻣﯿﺮ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ ﻓﻌﻠﯿﮭﻤﺎ ﻟﻌﻨﺔ ﷲ واﻟﻤﻼﺋﻜﺔ

واﻟﻨﺎس أﺟﻤﻌﯿﻦ

)

روﺿﺔ اﻟﻜﺎﻓﻲ

/

ص

198

,

رﻗﻢ

343

؛ ﻛﺸﻒ اﻷﺳﺮار وﺗﺒﺮﺋﺔ اﻷﺋﻤﺔ اﻷطﮭﺎر ص

84

(

1. Faham Syi’ah meyakini bahwa orang yang selain Syi’ah adalah keturunan pelacur

وﷲ ﯾﺎ أﺑﺎ ﺣﻤﺰة إن اﻟﻨﺎس ﻛﻠﮭﻢ أوﻻد ﺑﻐﺎﯾﺎ ﻣﺎ ﺧﻼ ﺷﯿﻌﺘﻨﺎ

)

روﺿﺔ اﻟﻜﺎﻓﻲ

:

ص

227

رﻗﻢ

431

(

1. Faham Syi’ah membolehkan bahkan mengaىjurkan praktik nikah mut’ah.

اﻟ ْﺒَﺎطِﻞَ ﻣَﺎ ﻗَﺎلَ ﺻَﺎﺣِﺒُﻚَ ﻗَ

ْﺪُ ﷲ ﱠ ِ ﺑْﻦُ ﻋُﻤَﯿْﺮ ٍ ﻓَﻘَﺎلَ ﯾَﺴُﺮﱡكَ أ َنﱠ ﻧِﺴَﺎءَكَ وَ ﺑَﻨَﺎﺗِﻚَ وَ أ َﺧَﻮَاﺗِﻚَ وَ ﺑَﻨَﺎتِ ﻋَﻤﱢﻚَ

ﺎلَ ﻓَﺄ َﻗْﺒَﻞَ ﻋَﺒ

ﯾَﻔْﻌَﻠ ْﻦَ ﻗَﺎلَ ﻓَﺄ َﻋْﺮَضَ

ﻋَﻨْﮫُ أ َﺑُﻮ ﺟَﻌْﻔَﺮ ٍ

ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم

ﺣِﯿﻦَ ذَﻛَﺮَ ﻧِﺴَﺎءَهُ وَ ﺑَﻨَﺎتِ ﻋَﻤﱢﮫِ

)

ﻓﺮوع اﻟﻜﺎﻓﻲ ج

3 /

ص

455

(

أ .

ﻋَﻦْ زُرَارَةَ ﻗَﺎلَ ﺟَﺎءَ ﻋَﺒْﺪُ ﷲ ﱠ ِ ﺑْﻦُ ﻋُﻤَﯿْﺮ ٍ اﻟﻠ ﱠﯿْﺜِﻲﱡ إِﻟَﻰ أ َﺑِﻲ

ﺟَﻌْﻔَﺮ ٍ

ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم

ﻓَﻘَﺎلَ ﻟَﮫُ ﻣَﺎ ﺗَﻘُﻮلُ ﻓِﻲ ﻣُﺘْﻌَﺔِ اﻟﻨﱢﺴَﺎءِ ﻓَﻘَﺎلَ أ َﺣَﻠ ﱠﮭَﺎ

ﷲ ﱠ ُ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺑِﮫِ وَ ﻋَﻠَﻰ ﻟِﺴَﺎنِ ﻧَﺒِﯿﱢﮫِ

ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ

ﻓَ

ِﻟَﻰ ﯾَﻮْمِ اﻟ ْﻘِﯿَﺎﻣَﺔِ ﻓَﻘَﺎلَ ﯾَﺎ أ َﺑَﺎ ﺟَﻌْﻔَﺮ ٍ ﻣِﺜ ْﻠُﻚَ ﯾَﻘُﻮلُ ھَﺬَا وَ ﻗَﺪْ ﺣَﺮﱠﻣَﮭَﺎ ﻋُﻤَﺮُ

ﮭِﻲَ ﺣَﻼ َ لٌ إ

ﺎلَ وَ إِنْ ﻛَﺎنَ ﻓَﻌَﻞَ ﻗَﺎلَ إِﻧﱢﻲ أ ُﻋِﯿﺬُكَ ﺑِﺎ? ﱠ ِ ﻣِﻦْ ذَﻟِﻚَ أ َنْ ﺗُﺤِﻞﱠ ﺷَﯿْﺌﺎً ﺣَﺮﱠﻣَﮫُ ﻋُﻤَ

وَ ﻧَﮭَﻰ ﻋَﻨْﮭَﺎ ﻓَﻘَ

ﺮُ ﻗَﺎلَ ﻓَﻘَﺎ

لَ ﻟَﮫُ ﻓَﺄ َﻧْﺖَ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْلِ ﺻَﺎﺣِﺒِﻚَ وَ أ َﻧَﺎ

ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْلِ رَﺳُﻮلِ ﷲ ﱠ ِ

ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ

ﻓَﮭَﻠُﻢﱠ أ ُﻻ َ ﻋِﻨْﻚَ أ َنﱠ اﻟ ْﻘَﻮْلَ ﻣَﺎ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ ﷲ ﱠ ِ

ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ

وَ أ َنﱠ

ب .

اﻟْﺤُﺴَﯿْﻦُ ﺑْﻦُ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ ﻋَﻦْ أَﺣْﻤَﺪَ ﺑْﻦ ِ إِﺳْﺤَﺎقَ

ﻋَﻦْ ﺳَﻌْﺪَانَ ﺑْﻦ ِ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻋَﻦْ ﻋُﺒَﯿْﺪِ ﺑْﻦ ِ زُرَارَةَ ﻋَﻦْ أَﺑِﯿﮫِ ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ﻋَﺒْﺪِ ﷲ ﱠ ِ

ﻋﻠﯿﮫ اﻟﺴﻼم

ﮫُ اﻟ ْﻤُﺘْﻌَﺔَ أ َ ھِﻲ َ ﻣِﻦَ اﻷ ْ َرْﺑَﻊ ِ ﻓَﻘَﺎلَ ﺗَﺰَوﱠجْ ﻣِﻨْﮭُﻦﱠ أ َﻟ ْﻔﺎً ﻓَﺈِﻧﱠﮭُﻦﱠ ﻣُﺴْﺘَﺄ ْﺟَﺮَاتٌ

ﻗَﺎلَ ذَﻛَﺮْتُ ﻟَ

)

ﻓﺮوع اﻟﻜﺎﻓﻲ ج

3 /

ص

458

(

1. Ajaran Syi’ah menghalalkan darah ahlu al-sunah

وﻟﮭﺬا أﺑﺎﺣﻮا دﻣﺎء أھﻞ اﻟﺴﻨﺔ وأﻣﻮاﻟﮭﻢ ﻓﻌﻦ داود ﺑﻦ ﻓﺮﻗﺪ ﻗﺎل

:

ﻗﻠﺖ ﻷﺑﻲ ﻋﺒﺪ ﷲ

ﻣﺎ ﺗﻘﻮل ﻓﻲ ﻗﺘﻞ اﻟﻨﺎﺻﺐ؟

:

ﻗﺎل

:

ﺣﻼل اﻟﺪم،

وﻟﻜﻨﻲ أﺗﻘﻲ ﻋﻠﯿﻚ، ﻓﺈن ﻗﺪرت أن ﺗﻘﻠﺐ ﻋﻠﯿﮫ ﺣﺎﺋﻄًﺎ أو ﺗﻐﺮﻗﮫ ﻓﻲ ﻣﺎء ﻟﻜﯿﻼ ﯾﺸﮭﺪ ﻋﻠﯿﻚ ﻓﺎﻓﻌﻞ

)

ﻛﺸﻒ اﻷ

ﺳﺮار وﺗﺒﺮﺋﺔ اﻷﺋﻤﺔ

اﻷطﮭﺎر ص

85

؛ ﺑﺤﺎر اﻷﻧﻮار ج

27

/

231

(

1. Ajaran Syi’ah melecehkan Nabi dan Ummul Mu’minin

إن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ ﻻ ﺑﺪ أن ﯾﺪﺧﻞ ﻓﺮﺟﮫ اﻟﻨﺎر، ﻷﻧﮫ وطﺊ ﺑﻌﺾ اﻟﻤﺸﺮﻛﺎت

(

ﯾﺮﯾﺪ ﺑﺬﻟﻚ زواﺟﮫ ﻣﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ وﺣﻔﺼﺔ،

وھﺬا ﻛﻤﺎ ھﻮ ﻣﻌﻠﻮم ﻓﯿﮫ إﺳﺎءة إﻟﻰ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠ

ﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ، ﻷﻧﮫ ﻟﻮ ﻛﺎن ﻓﺮج رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وآﻟﮫ ﯾﺪﺧﻞ اﻟﻨﺎر ﻓﻠﻦ

ﯾﺪﺧﻞ اﻟﺠﻨﺔ أﺣﺪ أﺑﺪًا

)

ﻛﺸﻒ اﻷﺳﺮار وﺗﺒﺮﺋﺔ اﻷﺋﻤﺔ اﻷطﮭﺎر ص

24

25

(

1. Ajaran Syi’ah juga mempunyai doktrin Thinah (thinat al-mu’min wa al-kafir) yaitu

doktrin yang menyatakanan bahwa dalam penciptaan manusia ada unsur tanah putih dan

tanah hitam. Pengikut Syi’ah tercipta dari unsur tanah putih sedangkan Ahlu al-sunnah

berasal dari tanah hitam. Para pengikut Syi’ah yang tersusun dari tanah putih jika

melakukan perbuatan maksiat dosanya akan ditimpakan kepada pengikut ahlu al-sunnah

(yang tersusun dari tanah hitam) sebaliknya pahala yang dimiliki oleh pengikut Ahlu al-

sunnah akan diberikan kepada para pegikut Syi’ah. Doktrin ini merupakan doktrin yang

tersembunyi dalam ajaran Syi’ah. (al-Kafi Juz II / Kitab al-Iman, bab thinat al-mu’min

wa al-kafir)

2. Dan masih banyak lagi keganjilan yang lain

3. Adanya fakta para pengikut Syi’ah menjadikan buku-buku sebagaimana tersebut pada

butir 5 sebagai kitab rujukannya.

4. Keputusan Fatwa MUI Kabupaten Sampang No. A-035/MUI/Spg/I/2012 tentang Ajaran

Yang Disebarluaskan Sdr Tajul Muluk di Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

5. Keputusan Rapat Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat

(BAKOR PAKEM) Kabupaten Sampang tanggal 04 Januari 2012 tentang kesesatan

ajaran yang disebar luaskan oleh sdr Tajul Muluk.

6. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten Se Koordinatoriat Wilayah (KORWIL)

Madura No. 01/MUI/KD/MDR/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah

Imamiyah Itsna Asyariyah

7. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah

(KORWIL) Malang No. 13/Korwil-IV/MLG/I/2012 tentang Pengukuhan Fatwa

Kesesatan Ajaran Syi’ah;

8. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah

(KORWIL) Besuki No. 01/MUI/Besuki/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah

Imamiyah Itsna Asyariyah

9. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah

(KORWIL) Surabaya tentang Ajaran Syi’ah atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah

10. Keputusan Rapat Koordinasi MUI Kabupaten/Kota Se Koordinatoriat Wilayah

(KORWIL) Bojonegoro No. Kep-01/MUI/KORDA-BJN/I/2012 tentang Ajaran Syi’ah

atau aliran Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah

11. Berbagai kajian yang dilakukan oleh para ahli dan para pengamat terkait aliran Syi’ah

Imamiyah Itsna Asyariyah, faham, pemikiran, dan aktivitasnya diantaranya Pendapat

Prof. Dr. Muhammad Baharun yang menyatakan bahwa Syi’ah dan Ahlu al-Sunnah tidak

mungkin disatukan.

12. Surat Edaran Kementerian Agama No: BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983

tentang Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah

13. Surat Edaran Pengurus Besar Nahdhatul Ulama No:724/A.II.03/10/1997 tentang seruan

agar kaum Muslimin memahami secara jelas perbedaan prinsipil antara Ahlu al-sunnah

wa al-jama’ah dengan Syi’ah.

14. Kesimpulan Hasil Seminar Nasional Sehari Tentang Syi’ah pada tanggal 21 September

1997di Masjid Istiqlal Jakarta .

15. Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 huruf J

16. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 73

17. Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau

Penodaan Agama.

18. Berbagai pendapat yang berkembang dalam rapat tanggal 21 Januari 2012 yang dihadiri

oleh beberapa wakil dari MUI Kabupaten/Kota di Jawa Timur (MUI Kab. Jember, MUI

Kab Pasuruan, MUI Kab. Malang, MUI Kab. Sampang, MUI Kota Surabaya, MUI Kab.

Tuban, MUI Kab. Bojonegoro, MUI Kab. Ponorogo, MUI Kab. Blitar) dan beberapa

ormas Islam.

19. Telaah terhadap dokumen-dokumen dalam bentuk VCD/CD antara lain yang

mengandung hujatan terhadap sahabat nabi, Perayaan Haul Arbain, Arbain Imam Husain,

dan Acara Syi’ah di Gereja Bergzicht Lawang.

20. Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI

Mengingat:

1. Firman Allah dalam al-Qur’an:

1. Firman Allah Surat al-Baqarah ayat 177

ﺗُﻮَﻟﱡﻮا وُﺟُﻮھَﻜُﻢْ ﻗِﺒَﻞَ اﻟ ْﻤَﺸْﺮ ِق ِ وَاﻟ ْﻤَﻐْﺮ ِبِ وَﻟَﻜِﻦﱠ اﻟ ْﺒِﺮﱠ ﻣَﻦْ ءَاﻣَﻦَ ﺑِﺎ? ﱠ ِ وَاﻟ ْﯿَ

ﻟَﯿْﺲَ اﻟ ْﺒِﺮﱠ أ َنْ

ﻮْمِ اﻵ ْ ﺧِﺮ ِ وَاﻟ ْﻤَﻼ َ ﺋِﻜَﺔِ وَاﻟ ْﻜِﺘَﺎبِ وَاﻟﻨﱠﺒِﯿﱢﯿﻦَ وَءَاﺗَﻰ

اﻟْﻤَﺎلَ ﻋَﻠَﻰ ﺣُﺒﱢﮫِ ذَو ِي اﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ وَاﻟْﯿَﺘَﺎﻣَﻰ وَاﻟْﻤَﺴَ

َاﺑْﻦَ اﻟﺴﱠﺒِﯿﻞِ وَاﻟﺴﱠﺎﺋِﻠِﯿﻦَ وَﻓِﻲ اﻟﺮﱢﻗَﺎبِ وَأَﻗَﺎم َ اﻟﺼﱠﻼ َ ةَ وَءَاﺗَﻰ اﻟﺰﱠﻛَﺎةَ وَاﻟْﻤُﻮﻓُﻮنَ

ﺎﻛِﯿﻦَ و

ھَﺪُوا وَاﻟﺼﱠﺎﺑِﺮ ِﯾﻦَ ﻓِﻲ اﻟ ْﺒَﺄ ْﺳَﺎءِ وَاﻟﻀﱠﺮﱠاءِ وَﺣِﯿﻦَ اﻟ ْﺒَﺄ ْس ِ أ ُوﻟَﺌِﻚَ اﻟ ﱠﺬِﯾﻦَ ﺻَﺪَﻗُﻮا وَ

ﺑِﻌَﮭْﺪِھِﻢْ إِذَا ﻋَﺎ

أ ُوﻟَﺌِﻚَ ھُﻢُ ا

ﻟ ْﻤُﺘﱠﻘُﻮنَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi

sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada

Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang

dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan

pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,

mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia

berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.

Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

1. Firman Allah Surat al-Qamar ayat 49

إِﻧﱠﺎ ﻛُﻞﱠ ﺷَﻲْءٍ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎهُ ﺑِﻘَﺪَر ٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

1. Firman Allah Surat al-Hijr ayat 9

إِﻧﱠﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻧَﺰﱠﻟ ْﻨَﺎ اﻟﺬﱢﻛْﺮَ وَإِﻧﱠﺎ ﻟَﮫُ ﻟَﺤَﺎﻓِﻈ ُﻮنَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar

memeliharanya.

1. Firman Allah Surat al-Fath ayat 29

ﷲ ﱠ ِ وَاﻟﱠﺬِﯾﻦَ ﻣَﻌَﮫُ أَﺷِﺪﱠاءُ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻜُﻔﱠﺎر ِ رُﺣَﻤَﺎءُ ﺑَﯿْﻨَﮭُﻢْ ﺗَﺮَاھُﻢْ رُﻛﱠﻌًﺎ ﺳُﺠﱠﺪًا ﯾَ

ﻣُﺤَﻤﱠﺪٌ رَﺳُﻮلُ

ﺒْﺘَﻐُﻮنَ ﻓَﻀْﻼ ً ﻣِﻦَ ﷲ ﱠ ِ وَر ِﺿْﻮَاﻧًﺎ ﺳِﯿﻤَﺎھُﻢْ ﻓِ

اﻟﺴﱡﺠُﻮدِ ذَﻟِﻚَ ﻣَﺜَﻠُﮭُﻢْ ﻓِﻲ اﻟﺘﱠﻮْرَاةِ وَﻣَﺜَﻠُﮭُﻢْ ﻓِﻲ اﻹ ْ ِﻧْﺠِﯿﻞِ ﻛَﺰَرْع ٍ أ َﺧْﺮَجَ ﺷَﻄ ْﺄ َهُ

وُﺟُﻮھِﮭِﻢْ ﻣِﻦْ أ َﺛَﺮ ِ

ﻓَﺂزَرَهُ ﻓَﺎﺳْﺘَﻐْﻠَﻆَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻮَى ﻋَﻠَﻰ ﺳُﻮﻗِﮫِ ﯾُﻌْﺠِﺐُ

اﻟﺰﱡرﱠاعَ ﻟِﯿَﻐِﯿﻆَ ﺑِﮭِﻢُ اﻟْﻜُﻔﱠﺎرَ وَﻋَﺪَ ﷲ ﱠ ُ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ ءَ

اﻣَﻨُﻮا وَﻋَﻤِﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎﻟِﺤَﺎتِ ﻣِﻨْﮭُﻢْ ﻣَﻐْﻔِﺮَةً وَأَﺟْﺮًا ﻋَﻈِﯿﻤًﺎ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras

terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan

sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka

dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,

yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati

penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan

kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

1. Firman Allah Surat al-Taubah ayat 100

ﻷ ْ َوﱠﻟُﻮنَ ﻣِﻦَ اﻟ ْﻤُﮭَﺎﺟِﺮ ِﯾﻦَ وَاﻷ ْ َﻧْﺼَﺎر ِ وَاﻟ ﱠﺬِﯾﻦَ اﺗﱠﺒَﻌُﻮھُﻢْ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎنٍ رَﺿِﻲَ ﷲ ﱠ ُ ﻋَ

وَاﻟﺴﱠﺎﺑِﻘُﻮ

ﻨْﮭُﻢْ وَرَﺿُﻮا ﻋَﻨْﮫُ وَأ َﻋَﺪﱠ ﻟَﮭُﻢْ ﺟَﻨﱠﺎتٍ ﺗَﺠْﺮ ِي ﺗَﺤْﺘَﮭَﺎ

اﻷ ْ َﻧْﮭَﺎرُ ﺧَﺎﻟِﺪِﯾﻦَ ﻓِﯿﮭَﺎ أ َﺑَﺪًا ذَﻟِﻚَ اﻟ ْﻔَﻮْزُ اﻟ ْﻌَﻈِﯿﻢُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang

muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada

mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga

yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah

kemenangan yang besar.

1. Hadits-hadits Marfu

أ .

ﻋَﻦِ اﻹ ْ ِﯾﻤَﺎنِ ﻗَﺎلَ أ َنْ ﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎ? ﱠ ِ وَﻣَﻼ َ ﺋِﻜَﺘِﮫِ وَﻛُﺘُﺒِﮫِ وَرُﺳُﻠِﮫِ وَاﻟ ْﯿَﻮْمِ اﻵ ْ ﺧِﺮ ِ

ﻗَﺎلَ ﻓَﺄ َﺧْﺒِﺮْﻧِﻲ

وَﺗُﺆْﻣِﻦَ ﺑِﺎﻟ ْﻘَﺪَر ِ ﺧَﯿْﺮ ِهِ وَﺷَﺮﱢهِ

)

رواه

ﻣﺴﻠﻢ

(

Bertanya Jibril as: Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan

engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk” (Shahih Muslim Jilid I/hal 23)

ب .

ﺑُﻨِﻲ َ اﻹ ْ ِﺳْﻼ َ مُ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﻤْﺲٍ ﺷَﮭَﺎدَةِ أ َ

ﮫَ إِﻻ ﱠ ﷲ ﱠ ُ وَأ َنﱠ ﻣُﺤَﻤﱠﺪًا رَﺳُﻮلُ ﷲ ﱠ ِ وَإِﻗَﺎمِ اﻟﺼﱠﻼ َ ةِ وَإِﯾﺘَﺎءِ اﻟﺰﱠﻛَﺎةِ وَاﻟ ْﺤَﺞﱢ وَﺻَﻮْمِ

نْ ﻻ َ إِﻟَ

رَﻣَﻀَﺎنَ

)

رواه اﻟﺒﺨﺎري

Islam Dibangun Diatas Lima (Landasan); Persaksian Tidak Ada Ilah Melainkan Allah Dan

Sesungguhnya Muhammad Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Menunaikan Zakat, Haji Dan

Puasa Ramadlan (Shahih al-Bukhari, Juz I/hal 54 hadits No.8)

ت .

ﻣَﻦْ ﻗَﺎلَ ﻓِﻲ اﻟ ْﻘُﺮْآن ِ ﺑِﻐَﯿْﺮ ِ ﻋِﻠ ْﻢٍ ﻓَﻠ ْﯿَﺘَﺒَﻮﱠأ ْ ﻣَﻘْﻌَﺪَهُ ﻣِﻦَ اﻟﻨﱠﺎر ِ

Barang siapa berbicara tentang al-Qur’an tanpa ilmu (yang memadai) maka hendaklah dia

mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al-Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999 No. 2950)

ث .

وَﻣَﻦْ ﻗَﺎلَ ﻓِﻲ اﻟْﻘُﺮْآن ِ ﺑِﺮَأ ْﯾِﮫِ ﻓَﻠْﯿَﺘَﺒَﻮﱠأ ْ ﻣَﻘْﻌَﺪَهُ ﻣِﻦَ اﻟﻨﱠﺎر ِ

“Barang siapa berbicara tentang al-Qur’an berdasarkan nalarnya saja maka hendaklah dia

mempersiapkan kedudukannya di neraka” (HR al- Tirmidzi/Sunan al-Tirmidzi V/1999 hadits

No. 2951)

ج .

ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ ﷲ ﱠ ِ ﺻَﻠ ﱠﻰ ﷲ ﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠ ﱠﻢَ ﻻ َ ﺗَﺴُﺒﱡﻮا أ َﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﻓَﻮَاﻟ ﱠﺬِي ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﯿَﺪِ

هِ ﻟَﻮْ أ َنﱠ أ َﺣَﺪَﻛُﻢْ أ َﻧْﻔَﻖَ ﻣِﺜ ْﻞَ أ ُﺣُﺪٍ ذَھَﺒًﺎ ﻣَﺎ أ َدْرَكَ ﻣُﺪﱠ

أ َﺣَﺪِھِﻢْ وَﻻ َ ﻧَﺼِﯿﻔَﮫُ

Telah bersabda Rasulullah Saw: “Janganlah kalian mencerca para shahabatku. Demi Dzat yang

jiwaku ada di tangan-Nya, kalau seandainya salah seorang di antara kalian berinfaq emas sebesar

gunung Uhud maka tidak akan dapat menandingi satu mud dari mereka bahkan tidak pula

setengahnya” (HR. Al-Bukhari, dalam Shahih al-Bukhari Juz II/hal 347 No. 3546; Muslim,

dalam Shahih Muslim Jilid II hal.1171; dan al-Tirmidzi dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696

hadits No. 3761)

ح .

رَﺳُﻮلُ ﷲ ﱠ ِ ﺻَﻠ ﱠﻰ ﷲ ﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠ ﱠﻢَ ﷲ ﱠ َ ﷲ ﱠ َ ﻓِﻲ أ َﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﷲ ﱠ َ ﷲ ﱠ َ ﻓِﻲ أ َﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ﻻ َ ﺗَﺘﱠ

ﺨِﺬُوھُﻢْ ﻏَﺮَﺿًﺎ ﺑَﻌْﺪِي ﻓَﻤَﻦْ أ َﺣَﺒﱠﮭُﻢْ ﻓَﺒِﺤُﺒﱢﻲ

أ َﺣَﺒﱠﮭُﻢْ وَﻣَﻦْ أ َﺑْﻐَﻀَﮭُﻢْ ﻓَﺒِﺒُﻐْﻀِﻲ أ َﺑْﻐَﻀَﮭُﻢْ وَﻣَﻦْ آ

ذَاھُﻢْ ﻓَﻘَﺪْ آذَاﻧِﻲ وَﻣَﻦْ آذَاﻧِﻲ ﻓَﻘَﺪْ آذَى ﷲ ﱠ َ وَﻣَﻦْ آذَى ﷲ ﱠ َ ﯾُﻮﺷِﻚُ أ َنْ ﯾَﺄ ْﺧُﺬَهُ

Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah mengenai sahabat-sahabatku. Janganlah kamu

menjadikan mereka sebagai sasaran caci-maki sesudah aku tiada. Barangsiapa mencintai mereka,

maka semata-mata karena mencintaiku. Dan barang siapa membenci mereka, maka

berarti semata-mata karena membenciku. Dan barangsiapa menyakiti mereka berarti dia telah

menyakiti aku, dan barangsiapa menyakiti aku berarti dia telah menyakiti Allah. Dan

barangsiapa telah menyakiti Allah dikhawatirkan Allah akan menghukumnya. (HR al-Tirmidzi

dalam Sunan al-Tirmidzi Juz V/hal. 696 hadits No. 3762)

خ .

ﻋﻦ ﻋُﻮَﯾْﻢِ ﺑْﻦِ ﺳَﺎﻋِﺪَةَ أ َنﱠ رَﺳُﻮلَ ﷲ ﱠ ِ ﻗَﺎلَ

:

ﱠ ﷲ ﱠ َ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ اﺧْﺘَﺎرَﻧِﻲ، وَاﺧْﺘَﺎرَ ﻟِﻲ أ َﺻْﺤَﺎﺑًﺎ، ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻟِﻲ ﻣِﻨْﮭُﻢْ وُزَرَاءَ وَأ َﻧْﺼَﺎرًا

إِن

وَأ َﺻْﮭَﺎرًا، ﻓَﻤَﻦْ ﺳَﺒﱠﮭُﻢْ ﻓَﻌَﻠَﯿْﮫِ ﻟَﻌْﻨَﺔُ ﷲ ﱠ ِ، وَاﻟ ْﻤَﻼ َ ﺋِﻜَﺔِ، وَا

ﻟﻨﱠﺎس ِ أ َﺟْﻤَﻌِﯿﻦَ، ﻻ َ ﯾﻘْﺒَﻞُ

ﷲ ﻣِﻨْﮫُ ﯾَﻮْمَ اﻟ ْﻘِﯿَﺎﻣ َﺔِ ﺻَﺮْﻓﺎ وَﻻ َ ﻋَﺪْﻻ

).

أﺧﺮﺟﮫ

اﺑﻮ ﻧﻌﯿﻢ

ﻓﻰ ﻣﻌﺮﻓﺔ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ج

3 /

ص

1745

:

رﻗﻢ

4424

؛ واﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﻓﻲ اﻷوﺳﻂ ج

1 /

ص

272

رﻗﻢ

456

؛ واﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﻲ اﻟﻤﺴﺘﺪرك

ج

4 /

ص

68

رﻗﻢ

2735

(

Dari Uwaim bin Sa’idah ra, sesunguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah memilih diriku, lalu memilih untukku para sahabat dan

menjadikan mereka sebagai pendamping dan penolong. Maka siapa yang mencela mereka,

atasnya laknat dari Allah, para malaikat dan seluruh manusia. Allah Ta’ala tidak akan menerima

amal darinya pada hari kiamat, baik yang wajib maupun yang sunnah”.

د .

إِذَا ﻛَﻔﱠﺮَ اﻟﺮﱠﺟُﻞُ أ َﺧَﺎهُ ﻓَﻘَﺪْ ﺑَﺎءَ ﺑِﮭَﺎ أ َﺣَﺪُھُﻤَﺎ

“Jika seseorang mengkafirkan saudaranya, maka sesungguhnya kalimat itu kembali kepada salah

satu dari keduanya.” (HR Muslim, dalam Shahih Muslim Jilid I/hal 47 hadits No. 111, hadits

senada diriwayatkan oleh al-Bukhari, Juz III/hal. 408 No.5883)

ذ .

ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ذَرﱟ رَﺿِﻲ ﷲ ﱠ ﻋَﻨْﮫ أَﻧﱠﮫُ ﺳَﻤِﻊَ

ﷲ ﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ ﯾَﻘُﻮلُ ﻻ َ ﯾَﺮْﻣِﻲ رَﺟُﻞٌ رَﺟُﻼ ً ﺑِﺎﻟْﻔُﺴُﻮق ِ وَﻻ َ ﯾَﺮْﻣِﯿﮫِ ﺑِﺎﻟْﻜُﻔْﺮ ِ إِﻻ ﱠ

اﻟﻨﱠﺒِﻲﱠ ﺻَﻠﱠﻰ

ارْﺗَﺪﱠتْ ﻋَﻠَﯿْﮫِ إِنْ ﻟَﻢْ ﯾَﻜُﻦْ ﺻَﺎﺣِﺒُﮫُ ﻛَﺬَﻟِﻚَ

Dari Abi Dzar ra bahwa dia mendengan Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang

melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula melemparkan tuduhan

kepada yang lain dengan kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya apabila yang

dituduh ternyata tidak demikian”.(HR al-Bukhari, Shahih Bukhari Juz III/ hal. 396, No. 582)

ر .

ﻟﻨﱠﺎس ِ ﻋَﻠَﻲﱠ ﻓِﻲ ﺻُﺤْﺒَﺘِﮫِ وَﻣَﺎﻟِﮫِ أ َﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮ ٍ وَﻟَﻮْ ﻛُﻨْﺖُ ﻣُﺘﱠﺨِﺬًا ﺧَﻠِﯿﻼ ً ﻏَﯿْﺮَ رَﺑﱢﻲ ﻻ َ

إِنﱠ ﻣِﻦْ أ َﻣَﻦﱢ ا

ﺗﱠﺨَﺬ ْتُ أ َﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮ ٍ وَﻟَﻜِﻦْ أ ُﺧُﻮﱠةُ اﻹ ْ ِﺳْﻼ َ مِ

وَﻣَﻮَدﱠﺗُﮫُ ِ

Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di sisiku dengan harta dan jiwanya adalah Abu

Bakar. Seandainya aku memilih kekasih, selain Tuhanku maka aku akan memilih Abu Bakr,

Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. (HR al-

Bukhari, Juz II/hal 344 No. 3529; hadits senada diriwayatkan oleh Muslim, Shahih Muslim Jilid

II/hal 1119)

ز .

لَ رَﺳُﻮلُ ﷲ ﱠ ِ ﺻَﻠﱠﻰ ﷲ ﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ اﻗْﺘَﺪُوا ﺑِﺎﻟﻠﱠﺬَﯾْﻦ ِ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِي أَﺑِﻲ ﺑَﻜْﺮ ٍ وَﻋُﻤَﺮَ

ﻗَﺎ

Rasulullah Saw bersabda ikutilah teladan orang-orang setelahku yaitu Abu Bakar dan Umar (HR

al-Tirmidzi, Juz V/hal 609 No. 3662)

س .

ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ اﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦ ِ ﺑْﻦ ِ ﻋَﻮْفٍ ﻗَﺎلَ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮلُ ﷲ ﱠ ِ

ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ

»

أ َﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮ ٍ ﻓِﻰ اﻟ ْﺠَﻨﱠﺔِ وَﻋُﻤَﺮُ ﻓِﻰ اﻟ ْﺠَﻨﱠﺔِ وَﻋُﺜ ْﻤَﺎنُ ﻓِﻰ

اﻟْﺠَﻨﱠ

َﻨﱠﺔِ وَطَﻠْﺤَﺔُ َﻨﱠﺔِ وَاﻟﺰﱡﺑَﯿْﺮُ ﻓِﻰ اﻟْﺠَﻨﱠﺔِ وَﻋَﺒْﺪُ اﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦ ِ ﺑْﻦُ ﻋَﻮْفٍ ﻓِﻰ اﻟْﺠَ

ﺔِ وَﻋَﻠِﻰﱞ ﻓِﻰ اﻟْﺠ

ﻨﱠﺔِ وَﺳَﻌْﺪٌ ﻓِﻰ اﻟْﺠَﻨﱠﺔِ وَﺳَﻌِﯿﺪٌ ﻓِﻰ اﻟْﺠَﻨﱠﺔِ

وَأ َﺑُﻮ ﻋُﺒَﯿْﺪَةَ ﺑْﻦُ اﻟ ْﺠَﺮﱠاح ِ ﻓِﻰ اﻟ ْﺠَﻨﱠﺔِ

Dari Abdurrahman bin Auf dia berkata; Rasulullah Saw bersabda: “Abu Bakar di syurga, Umar

di syurga, Utsman di syurga, Ali di syurga, Thalhah di syurga, Zubair di syurga, Abdurahman

ibn Auf di syurga, Sa’ad (ibn Abi Waqqash) di syurga, Said (ibn Zaid ibn Amru ibn Nufail) di

syurga, Abu Ubaidah ibn al-Jarrah di syurga” (HR al-Tirmidzi, Juz V/hal 647 hadits No. 3747)

ش .

ْﻦ ِ ﻋَﻠِﻲﱟ وَأ َﺧُﻮهُ ﻋَﺒْﺪُﷲ ﱠ ِ ﺑْﻦُ ﻣُﺤَﻤﱠﺪٍ ﻋَﻦْ أ َﺑِﯿﮭِﻤَﺎ أ َنﱠ ﻋَﻠِﯿً ّﺎ رَﺿِﻲ ﷲ ﱠ ﻋَﻨْﮭﻢ ﻗَﺎلَ ﻻ ِ

ﻋﻦ ﻣُﺤَﻤﱠﺪِ ﺑ

ﺑْﻦ ِ ﻋَﺒﱠﺎسٍ إِنﱠ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱠ ﺻَﻠ ﱠﻰ

ﷲ ﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ

َﻠﱠﻢَ ﻧَﮭَﻰ ﻋَﻦ ِ اﻟْﻤُﺘْﻌَﺔِ وَﻋَﻦْ ﻟُﺤُﻮمِ اﻟْﺤُﻤُﺮ ِ اﻷ ْ َھْﻠِﯿﱠﺔِ زَﻣَﻦَ ﺧَﯿْﺒَﺮَ

Dari Muhammad bin Ali dan saudaranya Abdullah bin Muhammad dari Bapak keduanya

bahwasanya Ali Ra berkata kepada Ibnu Abbas sesungguhnya Nabi saw melarang mut’ah dan

makan daging keledai jinak pada masa perang khaibar. (HR al-Bukhari, Juz III/hal 200, hadits

No. 4925)

ص

.

ِ ﺳَﻠَﻤَﺔَ ﻋَﻦْ أ َﺑِﯿﮫِ ﻗَﺎلَ رَﺧﱠﺺَ رَﺳُﻮلُ ﷲ ﱠ ِ ﺻَﻠ ﱠﻰ ﷲ ﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠ ﱠﻢَ ﻋَﺎمَ أ َوْطَﺎسٍ ﻓِﻲ اﻟ ْ

ﻋَﻦْ إِﯾَﺎسِ ﺑْﻦ

ﻤُﺘْ

ﻌَﺔِ ﺛَﻼ َ ﺛًﺎ ﺛُﻢﱠ ﻧَﮭَﻰ ﻋَﻨْﮭَﺎ

Dari Iyas bin Salamah dari ayahnya berkata : Rasulullah memperbolehkan nikah mut’ah pada

saat perang autas selama tiga hari lalu melarangnya. (HR. Muslim, Shahih Muslim Jilid II/hal.

633)

1. Hadits Mauquf kepada Ali ra.

ﻋَﻦْ

ِ اﻟْﺤَﻨَﻔِﯿﱠﺔِ ﻗَﺎلَ ﻗُﻠْﺖُ ﻷ ِ َﺑِﻲ أَيﱡ اﻟﻨﱠﺎس ِ ﺧَﯿْﺮٌ ﺑَﻌْﺪَ رَﺳُﻮلِ ﷲ ﱠ ِ ﺻَﻠﱠﻰ ﷲ ﱠ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠ

ﻣُﺤَﻤﱠﺪِ ﺑْﻦ

ﻢَ ﻗَﺎلَ أَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮ ٍ ﻗُﻠْﺖُ ﺛُﻢﱠ ﻣَﻦْ ﻗَﺎلَ ﺛُﻢﱠ ﻋُﻤَﺮُ

َﺧَﺸِﯿﺖُ أ َنْ ﯾَﻘُﻮلَ ﻋُﺜ ْﻤَﺎنُ ﻗُﻠ ْﺖُ ﺛُﻢﱠ أ َﻧْﺖَ ﻗَﺎلَ ﻣَﺎ أ َﻧَﺎ إِ

ﻻ ﱠ رَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ اﻟ ْﻤُﺴْﻠِﻤِﯿﻦَ

Dari Muhammd bin Hanafiyah dia berkata; Aku bertanya kepada bapakku (yakni Ali bin Abi

Thalib radhiallahu ‘anhu): Siapakah manusia yang terbaik setelah Rasulullah ? beliau menjawab:

“Abu Bakar”. Aku bertanya (lagi): “Kemudian siapa?”. Beliau menjawab: “Umar”. Dan aku

khawatir beliau akan berkata Utsman, maka aku mengatakan: “Kemudian engkau?” Beliau

menjawab: “Bukan aku kecuali seorang dari kalangan muslimin”.(diriwayatkan oleh al-Bukhari

dalam Shahih Bukhari Juz II/hal 347 No.3544)

1. Pendapat Para Ulama

1. Pendapat Imam Malik

روى اﻟﺨﻼل ﻋﻦ اﺑﻰ ﺑﻜﺮ اﻟﻤﺮوزى ﻗﺎل

:

وَﺳَﻤِﻌْﺖُ أَﺑَﺎ ﻋَﺒْﺪِ ﷲ ﱠ ِ ﯾَﻘُﻮلُ

:

ﻗَﺎلَ ﻣَﺎﻟِﻚٌ

:

اﻟﱠﺬِي ﯾَﺸْﺘِﻢُ أَﺻْﺤَﺎبَ اﻟﻨﱠﺒِﻲﱢ ﺻَﻠﱠﻰ ﷲُ ﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠﱠﻢَ

ﻟَﯿْﺲَ ﻟَﮫُ ﺳَﮭْﻢٌ، أ َوْ ﻗَﺎلَ

:

ﻧَﺼِﯿﺐٌ ﻓِﻲ ا

ﻹ ِﺳْﻼمِ

)

اﻟﺨﻼل

/

اﻟﺴﻦ

:

٢ ،

٧٥٥

(

Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh

berkata, bahwa Imam Malik berkata : “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak

termasuk dalam golongan Islam” ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

1. Pendapat Imam Ahmad

روى اﻟﺨﻼل ﻋﻦ اﺑﻰ ﺑﻜﺮ اﻟﻤﺮوزى ﻗﺎل

:

ﺳَﺄ َﻟ ْﺖُ أ َﺑَﺎ ﻋَﺒْﺪِ ﷲ ﱠ ِ

:

ﻋَﻦْ ﻣَﻦْ ﯾَﺸْﺘِﻢُ أ َﺑَﺎ ﺑَﻜْﺮ ٍ وَﻋُﻤَﺮَ وَﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ؟ ﻗَﺎلَ

:

ﻣَﺎ أ ُرَآهُ ﻋَﻠَﻰ اﻹ ِﺳْﻼمِ

)

اﻟﺨﻼل

/

اﻟﺴﻨﺔ

:

٢

،

٧٥٥

(

Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu

Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya

berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”. ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).

1. Pendapat Ibnu Hazm

ﻓﺈن اﻟﺮواﻓﺾ ﻟﯿﺴﻮا ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ إﻧﻤﺎ ھﻲ ﻓﺮق ﺣﺪث أوﻟﮭﺎ ﺑﻌﺪ ﻣﻮت اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ ﺑﺨﻤﺲ وﻋﺸﺮﯾﻦ ﺳﻨﺔ وﻛﺎن

ﻣﺒﺪؤھﺎ إﺟﺎﺑﺔ ﻣﻦ ﺧﺬﻟﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﺪﻋﻮة ﻣﻦ ﻛﺎد اﻹﺳﻼم وھﻲ طﺎﺋﻔﺔ ﺗﺠﺮي ﻣﺠﺮى اﻟﯿﮭﻮد واﻟﻨﺼﺎرى ﻓﻲ اﻟﻜﺬب واﻟﻜﻔﺮ

Sesungguhnya rofidhoh bukanlah dari kalangan kaum muslimin, kelompok ini mula-mula

muncul 25 tahun setelah Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam – wafat. Dan asalnya bermula dari

mengikuti dakwah seorang yang Alloh hinakan yang hendak memerangi Islam kelompok ini

berjalan di atas jalannya orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam kedustaan dan kekufuran. (Al-

Fishol fil-milal 2/213)

1. Pendapat KH Hasyim Asyari (Rois Akbar PBNU)

ﺻْﺪَعْ ﺑِﻤَﺎﺗُﺆْﻣَﺮُ ﻟِﺘَﻨْﻘَﻤِﻊَ اﻟ ْﺒِﺪَعُ ﻋَﻦْ اَھْﻞِ ا ْﻟﻤَﺪَر ِوَاﻟ ْﺤَﺠَﺮ.

ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ”

اِذَاظَﮭَﺮَتِ اﻟ ْﻔِﺘَﻦُ اَو ِاﻟ ْﺒِﺪَعُ وﺳُﺐﱠ ِﺮ ِﻟ ْﻌَﺎﻟِﻢُ ﻋِﻠ ْﻤَﮫُ ﻓَﻤَﻦْ ﻟَﻢْ ﯾَﻔْﻌَﻞْ ذَﻟِﻚَ ﻓَﻌَﻠَﯿْﮫِ ﻟَﻌْﻨَﺔُ ﷲِ وَاﻟ ْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ وَاﻟﻨﱠﺎسِ

اَﺻْﺤَﺎﺑِﻲْ ﻓَﻠ ْﯿُﻈ ْﮭاَﺟْﻤَﻌِﯿْﻦَ

Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah

terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda: “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-

bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka hendaklah orang-orang alim

menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah,

laknat Malaikat dan semua orang.”(Muqadimah Qanun Asasi Nahdlatul ulama).

MEMUTUSKAN

1. Mengukuhkan dan menetapkan keputusan MUI-MUI daerah yang menyatakan bahwa

ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang menggunakan nama samaran

Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-ajaran yang mempunyai kesamaan dengan

faham Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah SESAT DAN MENYESATKAN.

1. Menyatakan bahwa penggunaan Istilah Ahlul Bait untuk pengikut Syi’ah adalah bentuk

pembajakan kepada ahlul bait Rasulullah Saw.

2. Merekomendasikan:

1. Kepada Umat Islam diminta untuk waspada agar tidak mudah terpengaruh dengan

faham dan ajaran Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang

menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya)

2. Kepada Umat Islam diminta untuk tidak mudah terprovokasi melakukan tindakan

kekerasan (anarkisme), karena hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam serta

bertolak belakang dengan upaya membina suasana kondusif untuk kelancaran

dakwah Islam

3. Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar tidak memberikan

peluang penyebaran faham Syi’ah di Indonesia, karena penyebaran faham Syi’ah

di Indonesia yang penduduknya berfaham ahlu al-sunnah wa al-jama’ah sangat

berpeluang menimbulkan ketidakstabilan yang dapat mengancam keutuhan

NKRI.

4. Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar melakukan

tindakan-tindakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku antara lain

membekukan/melarang aktivitas Syi’ah beserta lembaga-lembaga yang terkait.

5. Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas

dalam menangani konflik yang terjadi, tidak hanya pada kejadiannya saja, tetapi

juga faktor yang menjadi penyulut terjadinya konflik, karena penyulut konflik

adalah provokator yang telah melakukan teror dan kekerasan mental sehingga

harus ada penanganan secara komprehensif.

6. Kepada Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dimohon agar bertindak tegas

dalam menangani aliran menyimpang karena hal ini bukan termasuk kebebasan

beragama tetapi penodaan agama.

7. Kepada Dewan Pimpinan MUI Pusat dimohon agar mengukuhkan fatwa tentang

kesesatan Faham Syi’ah (khususnya Imamiyah Itsna Asyariyah atau yang

menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait dan semisalnya) serta ajaran-

ajaran yang mempunyai kesamaan dengan faham Syi’ah sebagai fatwa yang

berlaku secara nasional.

Surabaya 27 Shofar 1433 H

21 Januari 2012 M

DEWAN PIMPINAN

MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

PROPINSI JAWA TIMUR

Ketua Umum Sekretaris Umum

KH. Abdusshomad Buchori Drs. H Imam Tabroni, MM

Sumber : http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/files/2012/04/FATWA-MUI-JATIM-SYIAH-SESAT.pdf

Sunnah-Syiah bergandengan tangan! Mungkinkah ?

Oleh
Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA

Penindasan dan kehinaan yang diderita oleh umat Islam saat ini, menjadikan sebagian umat Islam menyerukan agar diadakan konsolidasi antar semua aliran yang ada. Hanya saja, seruan tersebut sering kali kurang direncanakan dengan baik, sehingga tidak menghasilkan apapun. Di antara upaya konsolidasi dan merapatkan barisan yang terbukti tidak efektif ialah upaya merapatkan barisan Ahlus Sunnah dengan sekte Syi’ah, dengan menutup mata dari berbagai penyelewengan sekte Syi’ah. Konsolidasi semacam ini bukannya memperkuat barisan umat Islam, namun bahkan sebaliknya, meruntuhkan seluruh keberhasilan yang telah dicapai umat Islam selama ini. Karena itu, melalui tulisan ringkas ini, saya ingin sedikit menyibak tabir yang menyelimuti sekte Syi’ah. Dengan harapan, kita semua dapat menilai, benarkah Ahlus sunnah memerlukan konsolidasi dengan mereka?

PANDANGAN AKIDAH AHLUS SUNNAH & KEYAKINAN SYI’AH TENTANG ALLAH AZZA WA JALLA
Sebagai seorang Muslim, Anda pasti beriman bahwa sesembahan Anda hanyalah Allah Azza wa Jalla. Dialah Pencipta langit dan bumi beserta seluruh isinya, dan Dia pula yang mengatur semuanya. Demikianlah keyakinan umat Islam secara umum dan syari’at dalam al-Qur’ân:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit, dan bumi seperti itu pula. Perintah Allah terus-menerus berlaku di antara alam langit dan alam bumi, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. [at-Thalâq/65:12]

Umat Islam meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan takdir seluruh makhluk-Nya, sehingga tidak ada satu kejadian pun kecuali atas kehendak-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كَتَبَ آللَّهُ مَقَا دِيْرَ الْخَلاََ ئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةِ – قَلَ – وَعَرْ ِثهُ عَلىَ الْمَاءِ

Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, dan ‘Arsy-Nya berada di atas air. [HR. Muslim]

Pada suatu hari, Sahabat Ubâdah bin Shâmit Radhiyallahu ‘anhu memberikan petuah kepada putranya dengan mengatakan:

يَا بُنًىَّ إنَّكَ لَنْ تَجِدَ طَعْمَ اْلإِيْمَانِ حَتَّى تَعْلَمَ أَنَّ مَا لأَصَا بَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ : (إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ آللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ اكيُبْ، قَالَ:رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قاَلَ:اكتُبْ مَقَا دِيْرَ كُلَّ شَىْءِ حَتَّى تَقُومَ السَّا عَةُ) يَا بُنَىَّ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُو لَ اللَّهُ صَلىَاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُلُ :(مَنْ مَاتَ عَلَى غَيْرِ هَذَا فَلَيْسَ مِنِّي)

Wahai anakku!, sesungguhnya engkau tidak akan dapat merasakan manisnya iman hingga engkau percaya bahwa sesuatu yang (ditakdirkan) menimpamu, tidak mungkin meleset darimu. Sebaliknya, sesuatu yang ditakdirkan luput darimu, tidak mungkin menimpamu. Aku mendengar Rasulullâh bersabda, “Sesungguhnya pertama kali Allah menciptakan al-Qalam (Pena), Ia berfirman kepadanya, “Tulislah”. Mendengar perintah itu, al-Qalam berkata, “wahai Rabbku, apa yang harus aku tulis? Allah berfirman, “Tulislah takdir segala sesuatu hingga Kiamat tiba”. (Lalu Sahabat Ubâdah bin Shâmit melanjutkan petuahnya dengan berkata), “Wahai anakku! aku telah mendengar Rasulullâh bersabda,”Barang siapa mati di atas keyakinan menyelisihi keyakinan ini, maka ia tidak termasuk dari golonganku”. [HR. Abu Dâwud]

Demikianlah sekelumit tentang akidah umat Islam tentang Allah Azza wa Jalla. Akan tetapi, tahukah Anda apa ideologi sekte Syi’ah ? Simaklah ideologi mereka dari riwayat yang termaktub dalam kitab terpercaya mereka, yaitu Al-Kâfi karya al-Kulaini :

Abu Hâsyim al-Ja’fari menuturkan, “Pada suatu hari aku berkunjung ke rumah Abul Hasan (Ali bin Muhammad-pen) ‘alaihissalâm sepeninggal putranya Abu Ja’far (Muhammad-pen). Kala itu aku berencana mengatakan, “Seakan kejadian yang menimpa Abu Ja’far dan Abu Muhammad (al-Hasan bin Ali ) pada saat ini serupa dengan yang dialami oleh Abul Hasan Mûsa dan Ismâîl putra Ja’far bin Muhammad ‘alaihimussalâm. Kisah keduanya (Ali dan Muhammad bin Muhammad) serupa dengan kisah keduanya (Mûsa dan Ismâîl bin Ja’far), dikarenakan Abu Muhammad al-Murji menjadi imam sepeninggal Abu Ja’far ‘alaihissalâm. Tiba-tiba Abul Hasan menatapku sebelum aku sempat mengucapkan sepatah katapun, lalu ia berkata, “Benar, wahai Abu Hâsyim, Allah memiliki pendapat baru tentang Abu Muhammad sepeninggal Abu Ja’far yang sebelumnya tidak Dia ketahui. Sebagaimana sebelumnya muncul pendapat baru pada Mûsa (bin Ja’far) sepeninggal Ismâîl (bin Ja’far) suatu pendapat baru yang selaras dengan keadaannya. Kejadian ini sebagaimana yang terbetik dalam jiwamu, walaupun orang-orang yang sesat tidak menyukainya.” [1]

Demikianlah Saudaraku! sekte Syi’ah meyakini adanya perubahan pada pengetahuan dan kehendak Allah Azza wa Jalla, sehingga dia berubah pendapat dan keinginan karena terjadi sesuatu yang di luar pengetahuan dan kehendak-Nya.

Menurut hemat Anda, mungkinkah seorang Muslim memiliki keyakini semacam ini?!

NABI MUHAMMAD VERSI AHLUS SUNNAH & SYI’AH
Saudaraku! Anda pasti mengetahui bahwa syarat utama untuk menjadi seorang Muslim ialah mengucapkan dua kalimat syahadat. Ikrar bahwa sesembahan Anda hanya Allah Azza wa Jalla dan Muhammad bin ‘Abdillâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah Azza wa Jalla. Dan di antara konsekuensi dari persaksian bahwa beliau adalah utusan Allah Azza wa Jalla ialah meyakini bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan seluruh wahyu Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.

Oleh karena itu, pada saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di Padang Arafah, beliau bertanya tentang hal ini kepada para Sahabat:

أَنْتُمْ تُسْأَلُونَ عَنِّى فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟

Kalian pasti akan ditanya tentang aku, maka apa yang akan kalian katakan? Simaklah jawaban umat Islam yang menghadiri khutbah beliau ini:

قَالُوا : نَِْشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلَغْتَ وَأَدَّيْتَ وَنَصَحْتَ فَقَالَ بإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ يَرْ فَعُهَا إِلَى السَّمَاءِ وَيَنْكُتُهَا إِلَى النَّاسِ : (اللَّهُمَّ اشْهَدِ اللَّهُمَّ اشْهَدْ) ثَلاَثَ مَرَّاتِ رواه مسلم

Para Sahabat menjawab, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan, menunaikan dan mengemban risâlah dengan sempurna tanpa ada sedikit pun campuran. Lalu beliau mengisyaratkan dengan telunjuknya ke arah langit lalu menunjuk ke arah para Sahabat seraya berdoa, “Ya Allah, persaksikanlah, Ya Allah persaksikanlah (sebanyak tiga kali).” [HR.Muslim]

Saya yakin, Anda dan juga seluruh umat Islam di seantero dunia pun demikian, bersaksi bahwa beliau telah sepenuhnya menunaikan amanah, menegakkan agama dan menyampaikan seluruh wahyu Allah Azza wa Jalla kepada umatnya.

Akan tetapi, tahukah Anda, apa kira-kira sikap dan keyakinan sekte Syi’ah? Anda ingin tahu? Temukan jawabannya pada pengakuan tokoh revolusioner mereka, yaitu al-Khomaini berikut ini:

لَقَدْ أَثبَتْنَا فِى بِدَايَةِ هَدِاالْحَد ِيْثِ بِأَنَّ النَّبِيِّ أحْجَمَ عَنِ التَّطَرُّقِ إِلَى اْلإِمَامَةِ فِيْ الْقُرْآنِِ، لِخَشيَتِهِ أَنْ يُصَا بَ الْقُرآبُ بِا لتَّحْرِيْفِ، أَوْ أَنْ تَشْتَدَّ الْخِلاَفَاتُ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَيُؤَثِّرُ ذَلِكَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ

Telah kami buktikan pada awal pembahasan ini, bahwa Nabi menahan diri dari membicarakan masalah imâmah (kepemimpinan) dalam al-Qur’ân; [2] karena beliau khawatir al-Qur’ân akan diselewengkan, atau timbul perselisihan yang sengit di tengah-tengah kaum Muslimin, sehingga hal itu berakibat buruk bagi masa depan agama Islam.” [3]

Al-Khomaini belum merasa cukup dengan menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa gentar untuk menyampaikan ayat-ayat imâmah kepada umatnya. Lebih jauh, dengan tanpa merasa bersalah, al-Khomaini menuduh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai penyebab terjadinya seluruh perpecahan dan peperangan yang terjadi di tengah-tengah umat Islam sepeninggal beliau:

وَوَاضِحٌ بِأَنَّ النَّبِيَّ لَوْ كَانَ قَدْ بَلَغَ بِأَمْرِ اْلإِمَامَةِ طَبَقًا لِِمَا أَمَرَ بِهِ اللَّهُ، وَبَذَلَ الْمَسَا عِيَ فِيْ هَذَا الْمَجَالِ، لَمَا نَشَبَتْ فِيْ اْلبُلدَانِ اْلإِسْلاَمِيَّةِ كُلُّ هَذِهِ اْلإِخْتِلاَفَاتِ وَالْمُشَا حَنَاتِ وَالْمَعَارِكِ، وَلَمَا ظَهَرَتْ ثَمَّةَ خِلاَفَاتٌ فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْ عِهِ

Sangat jelas bahwa andai Nabi telah menyampaikanperihal imâmah (kepemimpinan), sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadanya, dan ia benar-benar mengerahkan segala upayanya dalam urusan ini, niscaya tidak akan pernah terjadi berbagai perselisihan,persengketaan dan peperangan ini di seluruh belahan negeri Islam. Sebagaimana di sana tidak akan muncul perselisihan dalam hal ushûl (prinsip) dan juga cabang furû’ (cabang) agama.” [4]

Mungkin Anda berkata, “Ah ini hanya salah tulis al-Khomaini saja, dan tidak mewakili ideologi kaum Syi’ah.”

Tunggu sejenak Saudara! Coba Anda bandingkan ucapan al-Khomaini di atas dengan dua riwayat berikut:

Al-Kulaini meriwayatkan bahwa Imam Abu ‘Abdillâh Ja’far Ash-Shâdiq, menyatakan:

لَوْ لاَ نَحْنُ مَا عُبِدَ آللَّهُ

Andai bukan karena kami, niscaya Allah tidak akan pernah diibadahi. [5]

Mufti sekte Syi’ah pada abad ke-11 H, yang bernama al-Majlisi menambahkan riwayat di atas menjadi:

لَوْ لاَ هُمْ، مَا عُرِفَ آللَّهُ وَلاَ يَدْرِيْ كَيْفَ يَعْبُدُ الرَّ حْمَنَ

Andai bukan karena para imam, niscaya Allah tidak akan dikenal, dan tidak akan ada yang tahu bagaimana beribadah kepada Ar-Rahmân (Allah). [6]

Apa perasaan dan pendapat Anda setelah membaca dua riwayat yang termaktub dalam dua referensi terpercaya umat Syi’ah ini?

Berdasarkan kedua riwayat ini, kira-kira apa peranan dan jasa Nabi Muhammad menurut sekte Syi’ah? Mereka meyakini bahwa hingga sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, umat manusia belum juga mengetahui bagaimana harus beribadah kepada Allah Azza wa Jalla. Kalaulah bukan karena jasa para imam umat Syi’ah, maka tidak ada manusia yang bisa shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Saudaraku! sebagai seorang Mukmin, dapatkah batin Anda menerima tuduhan keji sekte Syi’ah ini kepada Nabi Anda?

Coba sekali lagi Anda bandingkan kedua riwayat ini dengan ucapan al-Khomaini di atas. Al-Khumaini beranggapan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sumber petaka yang menimpa umat ini. Berbagai persengketaan, pertumpahan darah dan perselisihan yang terjadi di tengah-tengah umat berawal dari kegagalan beliau dalam menyampaikan wahyu Allah Azza wa Jalla, terutama yang berkaitan dengan “alimâmah” (kepemimpinan).

Perkenankan saya bertanya, “Menurut hemat Anda, apakah kedua riwayat dan juga ucapan al-Khomaini di atas mencerminkan syahadat “Muhammad Rasulullâh” ? Sebagai seorang Muslim yang bersaksi bahwa Muhammad bin `Abdullâh adalah Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa perasaan Anda membaca kedua riwayat dan ucapan al-Khomaini di atas ? Kuasakah Anda untuk menutup mata dan telinga dari fakta ini, lalu Anda bergandengan tangan dengan orang-orang yang meyakini demikian itu tentang Nabi Anda?

SAHABAT DALAM AKIDAH AHLU SUNNAH & KEBENCIAN SYI’AH
Saudaraku, bila Anda mencermati sejarah para nabi dan umatnya, niscaya Anda dapatkan bahwa Sahabat setiap nabi adalah orang-orang pilihan dan generasi terbaik dari umat nabi tersebut. Kesimpulan Anda ini benar adanya dan selaras dengan sabda Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَا مِنْ نَبِيِّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِى أُمَّةٍ قَبْلِى إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْ خُذُونَ بِسُنَّيِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعدِ هِمْ خُلُو فٌ يَقُو لُنَ مَا لاَ يَفْعَلُونَ وَيَفَعَلُونَ مَا لاَ يُؤْ مَرُو نَ

Tidaklah ada seorang nabi pun yang diutus kepada suatu umat sebelumku, kecuali ia memiliki para pendamping dan sahabat setia, yang senantiasa mengikuti ajarannya dan berpedoman dengan perintahnya. Sepeninggal mereka, datanglah suatu generasi yang biasa mengatakan sesuatu yang tidak mereka perbuat, serta melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. [HR. Muslim]

Demikian pula halnya dengan Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sahabat beliau adalah generasi terbaik dari umat Islam. Allah Azza wa Jalla berfirman:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah.[Ali Imrân/3:110]

Saya yakin, Anda pun meyakini bahwa generasi pertama dari umat Islam yaitu para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah generasi terbaik dari umat Islam. Bukankah demikian, Saudaraku !

Akan tetapi, tahukah Anda, siapakah Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mata umat Syi’ah? Anda ingin tahu, silahkan simak riwayat-riwayat mereka berikut:

عَنْ سُديْرٍ عَنْ أَبِيْ جَعْفَرٍ عَلَيْهِ السَّلاَمُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَألِهِ سَنَةً، إِلاَّ ثَلاَثَةٌ : فَقُلْتُ : وَ مَنْ الثَّلاَثَةُ ؟ فَقَالَ : الْمِقْدَادُ بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ، وَقَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِيْنِ دَارَتْ عَلَيْهِمُ الرَّحَى وَأَبَؤْا أَنْ يُبَا يِعُوْا حَتَّى جَاؤُوْا بِأَمِيْرِ الْمُؤْ مِنِيْنَ مُكرَهًا فَبَا يَعَ

Dari Sudair, ia meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm, “Dahulu sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seluruh manusia murtad selama satu tahun, kecuali tiga orang. As-Sudair pun bertanya, “Siapakah ketiga orang tersebut?”dia menjawab, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi, lalu beliau berkata, “Mereka itulah orang-orang yang tetap kokoh dengan pendiriannya dan enggan untuk membaiat (Abu Bakar As-Shiddîq-pen) hingga didatangkan Amirul Mukminin (Ali bin Abi Thâlib) alaihissalâm dalam keadaan terpaksa, lalu beliaupun berbaiat. [7]

Syaikh Mufîd (wafat tahun 413 H) juga meriwayatkan dari Abu Ja’far (Muhammad bin Ali bin al-Husain) ‘alaihissalâm:

اِرْ تَدَّ النَّا سُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَم وَآلِهِ إِلاَّ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ : الْمِقْدَادُ بْنُ اْللأَسْوَدُ وَ أَبُوْ ذَرٍّ الْغِفَارِيْ وَ سَلْمَانَ الْفَا رِسِيُّ، ثُمَّ إِنَّ النَّا سَ عَرَفُوْا وَلَحِقُوْا بَعْدُ

Seluruh manusia menjadi murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali tiga orang, al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi. Kemudian setelah itu manusia mulai menyadari, dan kembali masuk Islam.” [8]

Dalam riwayat lain, mereka menambah jumlah yang tetap mempertahankan keislamannya menjadi empat orang:

Mereka meriwayatkan dari Abu Ja’far, bahwa ia berkata:

إِنَّ رَسُوْ لَاللََّهِ صَلَّى ا للَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ لَمَّا قُبِضَ، صَارَالنَّاسُ كُلُّهُمْ أَهْلَ جَا هِلِيَّةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةُ : عَلِيٌّ والْمِقْدَادُ وَسَلْمَانُ وَأَبُوْذَرٍّ

Sesungguhnya tatkala Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia,seluruh manusia kembali kepada kehidupan jahiliyah,kecuali empat orang saja: yaitu Ali, al-Miqdâd, Salmân dan Abu Dzar.” [9]

Saudaraku! Apa perasaan Anda tatkala membaca beberapa contoh riwayat yang termaktub dalam kitabkitab terpercaya agama Syi’ah di atas?

Saya yakin, batin Anda menjerit, keimanan Anda menjadi berkobar ketika membaca riwayat-riwayat itu? Betapa tidak, para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dinyatakan telah murtad, kecuali tiga orang saja.

Saudaraku! Coba tenangkan perasaan Anda, lalu baca kembali dengan seksama riwayat-riwayat di atas.

Tidakkah Anda mendapatkan hal yang aneh pada kedua riwayat tersebut ? Pada riwayat tersebut dinyatakan bahwa yang tetap berpegang teguh dengan keimanan dan keislamannya hanya ada tiga orang. Dan pada riwayat lainnya dijelaskan maksud dari ketiga orang tersebut, yaitu: Al-Miqdâd bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifâri, dan Salmân al-Fârisi.

Bila demikian adanya, lalu bagaimana halnya dengan Ali bin Abi Thâlib, Fâtimah binti Rasulullâh dan kedua putranya, yaitu al-Hasan dan al-Husain ? Mungkinkah mereka termasuk yang murtad, karena yang dinyatakan tetap berpegang dengan keislamannya hanyalah tiga, dan mereka semua tidak termasuk dari ketiga orang tersebut ?

Demikianlah Saudaraku ! Umat Syi’ah mempropagandakan sebagai para pencinta Ahlul Bait dan pembela mereka. Akan tetapi, faktanya, mereka menghinakan Ahlul Bait, bahkan menganggap mereka telah murtad dari Islam. Bila Anda tidak percaya, silahkan buktikan dan datangkan satu riwayat saja yang menyebutkan bahwa Ahlul Bait tidak termasuk yang murtad sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya yakin Anda tidak akan menemukan riwayat tersebut, walau Anda membaca seluruh kitab Syi’ah.

Apa yang saya paparkan di atas, menjadi alasan bagi Imam ‘Amir bin Syurahil asy-Sya’bi untuk berkata tentang sekte Syi’ah, “Kaum Yahudi dan Nasrani memiliki satu kelebihan bila dibandingkan dengan agama Syi’ah. Bila dikatakan kepada kaum Yahudi, “Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat Nabi Mûsa. Dan bila dikatakan kepada kaum Nasrani, “Siapakah orang terbaik dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi ‘Isa. Akan tetapi, bila dikatakan kepada agama Râfidhah (Syi’ah), “Siapa orang terjelek dari penganut agamamu? Niscaya mereka menjawab, “Tentu para Sahabat sekaligus pengikut setia Nabi Muhammad.”

Saudaraku! Mungkin Anda bertanya-tanya, “Mengapa para pengikut agama Syi’ah begitu membenci para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama ketiga Khulafâ’ur Râsyidin yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsmân? Saudaraku! Benarkah Anda merasa penasaran ingin mengetahui biang kebencian mereka kepada para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Obatilah rasa penasaran Anda dengan jawaban seorang pakar yang telah kenyang dengan pengalaman dalam menghadapi para penganut Syi’ah. Tokoh tersebut adalah Abu Zur’ah ar-Râzi rahimahullah. Beliau menyampaikan hasil studi dan pengalaman beliau pada ucapannya berikut, “Bila engkau dapatkan seseorang mencela seorang Sahabat Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa ia adalah orang zindîq (kafir yang menampakkan keislaman). Alasannya, karena kami meyakini bahwa Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti benar, dan al-Qur’ân juga pasti benar. Sedangkan yang menyampaikan al-Qur’ân dan Sunnah Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Sahabat. Dengan demikian, sesungguhnya orang yang mencela para saksi (perawi) kami (yaitu para Sahabat), hendak menggugurkan al-Qur’ân dan Sunnah. Karena itu, merekalah yang lebih layak untuk dicela.” [Riwayat al-Khathîb al-Baghdâdi didalam kitab Al-Kifâyah Fî ‘Ilmir Riwâyah]

AHLUL BAIT MENURUT AKIDAH ISLAM DAN DONGENG SYI’AH
Ahlul Bait atau karib kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki kedudukan dan keutamaan yang begitu besar. Wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut, cukuplah sebagai bukti akan keutamaan dan kemulian mereka :

(أَمَّا بَعْدُ، أَلاَ أَيُهَا النَّا سُ، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرُ، يُوْشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُوْلُ رَبِّى فَأُجِيْبَ، وَأَنَا تَارِكُ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّ لُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ، فَهُدُوْابِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوابِهِ) فَحَثَّ عَلَى كِتِابِ اللّهِ وَرَغَّبَ فِيْهِ، ثُمَّ قَالَ : (وَأَهْلُ بَيْتِيْ، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِيْ، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِي، أُذَكِّرُ كُمُ اللَّهِ فِى أَهْلِ بَيتِي

Amma ba’du, ketahulilah wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, tidak berapa lama lagi akan datang utusan Allah, dan aku pun memenuhi panggilan-Nya. Aku tinggalkan di tengahtengah kalian dua hal besar; pada hal pertama terdapat petunjuk dan cahaya. Hendaknya engkau semua mengamalkan kitab Allah dan berpegang teguh dengannya.” Selanjutnya beliau menganjurkan umatnya untuk berpegang teguh dengan Kitâbullâh. Selanjutnya beliau berkata: (Dan juga Ahlu Baiti (keluargaku), aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, dan aku mengingatkan kalian agar takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku.” [HR. Muslim].

Tidak heran bila Ahlus Sunnah senantiasa mencintai, menghormati dan mengagungkan karib kerabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagai buktinya, banyak dari mereka yang menamakan putra-putri mereka dengan nama-nama Ahlul Bait. Bukan hanya itu, Ahlus Sunnah senantiasa membaca shalawat, baik bacaan shalawat ketika duduk tahiyat dalam shalat maupun di luar shalat untuk Ahlul Bait. Bukankah demikian Saudaraku? Tidakkah ini cukup sebagai bukti bahwa umat Islam mencintai Ahlul Bait?

Tidak heran bila Imam As-Syâfi’i rahimahullah berkata:

إِنَّ كَانَ رَفْضاً حُبُّ آلِ مُحَّمَدش فَلْيَشْهَدِ الشَّقَلاَنِ أَنِّي رَافِضِي

Andai kecintaan kepada keluarga Nabi Muhammad disebut Râfidhah, Hendaklah seluruh jin dan manusia bersaksi bahwa aku adalah seorang Râfidhah.

Akan tetapi, benarkan ajaran Râfidhah atau Syi’ah hanya sebatas mencintai Ahlul Bait? Untuk menjawab pertanyan ini, simaklah riwayat-riwayat yang mereka imani berikut:

Al-Kulaini dalam kitabnya Al-Kâfi meriwayatkan dari Abu ‘Abdillâh Ja’far Ash-Shadîq :

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةَ لِْلإِمَامِ، يَضَعُهَا حَيْثَ يَشَاءُ، وَيَدْ فَعُهَا إِلَى مَنْ يَشَاءُ

Tidakkah engkau sadar, bahwa dunia dan akhirat adalah milik sang imam, sehingga ia bebas meletakkannya sesuai dengan kehendaknya dan menyerahkannya kepada orang yang ia kehendaki?

Belum cukup hebat, sehingga mereka masih merasa perlu untuk merekayasa riwayat berikut dari Sahabat Ali:

نَهْنُ خَزَّانُ اللَّهِ فِي أَرْضِهِ وَسَمَا ئِهِ، وَأَنَا أُ حْيِيْ وَأَنَا اُمِيتُ، وَأَنَا حٍَيٌّ لاَ أَمُوْ تُ

Kami adalah para penjaga (kekayaan dan ilmu Allah di bumi dan di langit, akulah yang menghidupkan dan akulah yang mematikan, serta aku senantiasa hidup dan tidak akan pernah mati. [10]

Karena kedudukan imam dalam syariat Syi’ah, tidak heran bila tokoh revolusioner mereka pada abad ini, yaitu Ayatullâh al-Khomaini dengan tanpa rasa sungkan menyatakan:

إِنَّ تَعَالِيْمَ اْلأَئِمَّهةِ كَتَعَا لِيْمِ القُرْآنِ، لاَتَخُصُجِيْلاً خَا صاً وَإِنََّمَا هِيَ تَعَا لِيْمُ لِلْجَمِيْعِ فِيْ كُلِّ عَصْرٍ وَمِصْرَ وَإِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، يَجِبُ تَنْفِيْذُهَا وَاتِّبَا عُهَا

Sesungguhnya ajaran para imam sama halnya dengan ajaran al-Qur’ân, tidak diperuntukkan khusus bagi generasi tertentu. Ajaran para imam adalah ajaran yang berlaku untuk semua, di setiap masa, negeri dan hingga hari kiamat, wajib diterapkan dan dijadikan panutan.” [11]

Saudaraku! Dari sedikit penuturan di atas, mungkin Anda bertanya-tanya, bila demikian kedudukan seorang imam dalam syari’at Syi’ah, apakah mereka telah menobatkan mereka sebagai tuhan mereka?

Untuk mengobati rasa penasaran Anda, berikut ini saya sebutkan beberapa nama tokoh terkemuka Syi’ah yang dengan membaca namanya, Anda dapat mengetahui jawaban pertanyaan Anda:

• Abdul Husain bin Ali (wafat tahun 1286 H), ia adalah seorang tokoh terkemuka agama Syi’ah pada zamannya, sampai-sampai dijuluki dengan Syaikhul ‘Irâqain (Syaikh kedua Irak/ Irak & Iran).
• ‘Abdul Husain al-Amini at-Tabrizi (1390 H), penulis buku Al-Ghadir.
• ‘Abdul Husain Syarafuddîn al-Musâwi al ‘Amili (1377H), penulis buku Abu Hurairah, kitab Kalimatun Haulaar Riwâyah, Kitab An Nash wa Al Ijtihâd, Al-Murâja’ât, & kitab Al-Fushûll Muhimmah. [12]
• ‘Abdul Husain bin al-Qâshim bin Shâleh al-Hilly (wafat tahun 1375 H).
• ‘Abduz Zahrâ’ (Hamba az-Zahra’/Fatimah) al-Husain, penulis kitab Mashâdiru Nahjil Balâghah wa Asâniduhu.

Saudaraku! Inilah ideologi yang oleh para penganut Syi’ah disebut dengan kecintaan kepada Ahlul Bait. Kultus, ekstrim dalam memuja mereka dengan menyematkan sebagian sifat-sifat Allah k kepada mereka. Coba Anda bandingkan para imam dalam ajaran Syi’ah dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salalm tentang dirinya sendiri berikut ini:

(لاَتُطْرُوْنِي كَمَا اَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوْا عَبْدُ اللّّهِ وَرَسُوْ لُهُ)

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh kaum Nasrani kepada‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah :” Hamba Allah dan Utusan-Nya.” [Muttafaqun ‘alaih]

Demikianlah syariat yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memuji dan mencintai; cinta dan pujian tanpa berlebih-lebihan. Selanjutnya, kembali kepada Anda, meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataukah mempercayai sekte Syi’ah.

Setelah membaca penjelasan singkat ini, mungkin Anda menjadi penasaran dan bertanya, “Sebenarnya, apa sikap para tokoh yang dianggap sebagai imam-imam sekte Syi’ah. Mungkinkah mereka merestui kultus dan berbagai ideologi sekte Syi’ah ini?

Saudaraku! Untuk menjawab pertanyaan Anda ini, saya mengajak Saudara untuk bersama-sama membaca pernyataan mereka yang termaktub dalam berbagai referensi terpercaya sekte Syi’ah.

Sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhu menggambarkan perihal orang-orang Syi’ah dalam ucapannya berikut:

يَا أَشْبَاهَ الرِّجَالِ وَلاَ رِجَالَ، حُلُوْم اْلأَطْفَالِ وَعُقُولَ رَبَّتِ الْحِجَِالِ، لَوَدِدْتُ أَنِّيْ لَمْ أَرَكُمْ وَلَمْ أَعْرِفْكُمْ مَعْرِفَةً، وَاللَّهِ جُرْتُ نَدَمًا وَأَعْقَبْتُ ذَمًا، قَاتَلَكُمُ اللَُّهُ، لَقَدْ مَلَأْتُمْ قَلبِيْ قَيْحًا وَشَحَنْتُمْ صَدْرِيْ غَيْظًا وَجَرَ عْتُمُوْنِيْ نَغِبالْتِهمَامَ أَنْفَاسًا وَأَفْسَدْتُمْ عَلَيَّ رَأْيِيْ بِالْعِصْيَانِ وَالْخِذْلاَنِ

Wahai orang-orang yang berpenampilan lelaki, akan tetapi tidak ada seorang pun yang berjiwa lelaki,berperilaku kekanak-kanakan, berpikiran layaknya kaum wanita. Sungguh, aku berangan-angan Andai aku tidak pernah menyaksikan, dan tidak mengenal kalian sama sekali. Sungguh demi Allah, aku telah dirundung penyesalan, dan memikul celaan. Semoga Allah membinasakan kalian, sungguh kalian telah memenuhi hatiku dengan kebencian, membanjiri dadaku dengan kemarahan. Kalian juga telah memaksaku untuk menanggung kegundahan, menghancurkan kecerdasanku dengan perilaku kalian yang senantiasa membangkang dan berkhianat.” [13]

Abu Ja’far Muhammad bin Ali al-Bâqir (imam sekte Syi’ah ke-5) lebih tegas lagi menggambarkan tentang sekte Syi’ah dengan mengatakan:

لَوْ كَنَ النَا سُ كُلُهُمْ لَنَا شِيْعَةَ، لَكَانَ ثَلاَثَةُ أَربَا عِهِمْ لَنَا شُكَّا كًا، وَالرُّبْعُ الآخِرْ أَحْمَقُ

Andai seluruh manusia menjadi penganut syi’ah, niscaya tiga perempat dari mereka adalah orang-orang yang hobi menghunus pedang terhadap kami, dan sisanya adalah orang-orang dungu. [14]

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat bagi kita, dan semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa menghidupkan kita berdasarkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallâhu ‘alam bis shawâb.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/327
[2]. Aneh bin ajaib, al-Khomaini meyakini bahwa Nabi n memiliki kebebasan untuk menyembunyikan masalah al-Imâmah
dari umatnya. Anggapan ini nyata-nyata bertentangan dengan firman Allah Azza wa Jalla berikut:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [al-Mâidah/5:67]
[3]. Kasyful Asrâr oleh al-Khomaini 149.
[4]. Idem 155.
[5]. Al-Kâfi oleh al-Kulaini 1/144
[6]. Bihârul Anwâr 35/29.
[7]. Bihârul Anwâr oleh al-Majlisy 22/351 & Tafsir Nur Ats-Tsaqalain, karya Abdu Ali bin Jum’ah al- ‘Arusy al-Huwaizi 1/396.
[8]. Al-Ikhtishâsh, karya Asy-Syaikh Mufîd hlm. 6.
[9]. Tafsir Al ‘Ayyasyi 1/199, karya An-Nadhir Muhammad bin Mas’ûd as-Samarqandi (wafat th: 320 H), Bihârul Anwâr 22/333
karya Al-Majlisi, (wafat th. 1111 H).
[10]. Idem 39/347.
[11]. Al-Hukûmah al-Islâmiyyah oleh Ayatullâh al-Khomaini 113.
[12]. Sungguh mengherankan, Bapak Prof, Dr. M. Quraish Shihâb yang disebut ahli tafsir Indonesia, tidak merasa terusik dari nama semacam ini. Bahkan beliau menjadikan karya tokoh Syi’ah ini sebagai salah satu referensi utama dalam bukubuku beliau. Beliau tidak terpanggil untuk mengomentari atau mengingatkan para pembaca tulisan beliau tentang kesalahan penamaan semacam ini. Sebagai contoh, silahkan baca buku beliau yang berjudul Sunnah-Syiah, bergandengan
tangan! Mungkinkah?, hlm. 119.
[13]. Nahjul Balaghah (ensiklopedia khutbah-khutbah Imam Ali bin Abi Thalib) 1/70 & Al Kafi 5/6, karya Al Kulaini wafat thn 329 H.
[14]. Al Ghaibah hal: 268, karya Muhammad bin Ibrahim An Nu’maani wafat thn: 380 H, Ikhtiyaar Ma’rifatir Rijaal, 2/460, karya As Syeikh At Thusi wafat thn 460 H, Bihaarul Anwaar 46/251, karya Muhammad Baqir Al Majlisi wafat thn : 1111 H, & Mu’jam Rijalil Hadits 3/251, karya As Sayyid Abul Qasim Al Musawi Al Khu’i, wafat thn: 1413 H.

 

Sumber : http://almanhaj.or.id/content/3118/slash/0/sunnah-dan-syiah-bersandingan-mustahil/

Tulisan Arab Di Microsoft Office

Quran in Word.

(Dikirim oleh John Paijo melalui e-mail). Software mungil tapi di butuhkan sekali terutama bagi anda yang ingin memasukkan tulisan arab dan ayat AlQuran di Microsoft Office. Buatan Anak Indonesia bernama Mohammad Taufiq dapat di hubungi di moh.taufiq@gmail.com, atau download disini. Software ini nggak hanya berisi ayat AlQuran, tapi juga tafsirnya sekalian. Hebat… Penggunaannya sangat mudah, anda tinggal install, dan dapat langsung digunakan atau bila perlu restart dulu. Gak perlu install font lagi.

Lalu masuklah ke Microsoft office anda, akan muncul tombol AlQuran, lalu klik dan pilih salah satu : Get All, Get Ayat atau Get Terjemah.

  • Pilih menu Get All, untuk memasukkan ayat dalam bahasa arab, diikuti terjemah dalam bahasa Indonesia.
  • Pilih menu Get Ayat, untuk memasukkan ayat dalam Bahasa Arab.
  • Pilih menu Get Terjemah untuk memasukkan ayat AlQuran dalam Bahasa Indonesia.
  • Terima kasih kepada Moh. Taufiq yang membuat software ini. Semoga mendapat balasan yang setimpal.

quran-in-word2quran-in-word-a

quran-in-word-b